*IJAZAH AGAR CERDAS, KUAT INGATAN, MUDAH MENGHAFAL*
Kadang suatu ilmu susah nempel di benak kita, atau seorang anak atau pelajar susah menghafal, sebentar2 lupa. Maka selain dibarengi giat belajar, Sayyidina Qutbil Wujud AlHabib Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid (Simthudduror) mengajarkan:
Yaitu meletakkan tangan kanan di atas kepala setiap kali selesai sholat sambil membaca ayat Al A'la (Sabbihisma) dari awal dan ketika sampai pada ayat ke-6 "sanuqriuka fala tansaa"
ﺳَﻨُﻘْﺮِﺋُﻚَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻨﺴَﻰٰ
di ulang 7X dan lanjut kan hingga selesai surah.
Kemudian di tambah ayat dibawah ini:
* ﻓَﻔَﻬَّﻤْﻨَﺎﻩَﺍ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﻭَﻛُﻠًّﺎ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎ ﺣُﻜْﻤًﺎ ﻭَﻋِﻠْﻤًﺎ ﻭَﺳَﺨَّﺮْﻧَﺎ ﻣَﻊ َ ﺩَﺍﻭُﻭﺩَ ﺍﻟْﺠِﺒَﺎﻝَ ﻳُﺴَﺒِّﺤْﻦَ ﻭَﺍﻟﻄَّﻴْﺮَ
"FA FAHHAMNAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNA WAT THOIIR" (1x).
Jika di terapkan utk anak yg blm bisa baca maka orang tuanya yg baca, sambil tangan kanan nya diletakkan pada kepala si anak, maka insyaallah akan memiliki kemampuan mudah menyerap ilmu, gampang menghafal dan kita atau anak kita menjadi cerdas.
Wallahu a'lam insyaallah bermanfaat.
38 menit · Facebook for Android · Publik
Sunday, March 31, 2019
Wednesday, March 6, 2019
DAWUH HABIB LUTHFI BIN YAHYA
DAWUH HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Mereka yang tidak suka NU melakukan berbagai cara untuk mengajak umat Islam agar semakin membenci NU. Padahal negara muslim di seluruh dunia saat ini banyak yang belajar kepada Nahdlatul Ulama tentang bagaimana membina dan mengelola Islam yang damai, ramah, dan santun.
Banyak orang mengaku-ngaku sebagai NU Garis Lurus, NU Garis Suci, atau pecinta NU yang justru menghancurkan NU dengan membuat opini-opini yang menebar kebencian dan memunculkan perpecahan.
Tragisnya, bahkan orang NU sendiri yang notabene punya pengaruh besar di mata publik ikut terhanyut dalam hasutan dan hinaan oleh mereka para pembenci NU.
Tidak dipungkiri gagasan “Islam Nusantara” bisa menjadi magnet besar dalam membangun besarnya kekuatan Islam di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan oleh media-media pembenci NU, itu dijadikan lahan untuk menghancurkan NU dari dalam seolah-olah NU telah diboncengi oleh Liberal, Syiah, dan Wahabi.
Padahal telah jelas dan disepakati oleh ribuan ulama dan kiai pengasuh pondok pesantren serta majelis ta’lim di seluruh Indonesia bahwa tema Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia”.
Tema tersebut dipilih untuk menunjukkan posisi strategis NU di Indonesia dan dunia sebagai pengusung Islam rahmatan lil ‘alamin.
Cukup menjadi pelajaran berharga dari Afghanistan, Irak, Suriah, Libya, Yaman, Tunisia, Mesir, Somalia dan negara-negara muslim yang menjadi sasaran konflik antarumat Islam karena tidak adanya persatuan diantara mereka.
Kita tidak menginginkan Indonesia seperti mereka, berapa juta umat Islam yang mati mengenaskan akibat konflik di negara-negara tersebut ?
Ide Islam Nusantara datang bukan untuk mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Islam nusantara bukan sebuah upaya sinkretisme yang memadukan Islam dengan “agama Jawa”, melainkan kesadaran budaya dalam berdakwah sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendahulu kita walisongo. Islam nusantara tidak anti arab,
karena bagaimanapun juga dasar-dasar Islam dan semua referensi pokok dalam ber-islam berbahasa Arab.
Saat ini istilah Islam Nusantara telah menimbulkan polemik pro dan kontra.
Bagi NU sebagai ormas Islam terbesar, Islam Nusantara merujuk pada fakta sejarah penyebaran Islam di wilayah Nusantara dengan cara pendekatan budaya, tidak dengan doktrin yang kaku dan keras.
Bahwa Islam di Nusantara didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya.
Dari pijakan sejarah itulah, NU akan bertekad mempertahankan karakter Islam Nusantara yaitu Islam yang ramah, damai, terbuka dan toleran.
Menyimak wajah Islam di dunia saat ini, Islam Nusantara sangat dibutuhkan, karena ciri khasnya mengedepankan jalan tengah karena bersifat tawasuth (moderat), tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang, inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik.
Oleh karena itu, sudah selayaknya Islam Nusantara dijadikan alternatif untuk membangun peradaban dunia Islam yang damai dan penuh harmoni di negeri mana pun.
Menurut Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Rais Syuriah PBNU Pusat menjelaskan,
“Sebenarnya maksudnya Islam di Nusantara, bukan merupakan ajaran atau aliran sendiri. Jadi bagaimana mewarisi Islam yang telah digagas atau dikembangkan para wali-wali dulu.”
Beliau melanjutkan, _“Islam di belahan bumi Indonesia itu punya karakteristik sendiri yang unik,.
Kalau saja wali songo itu tidak coba beradaptasi dengan lingkungan sekitar ketika Hindu dan Budha masih menjadi agama mayoritas, mungkin kita tidak bisa menyaksikan Islam yang tumbuh subur seperti sekarang ini”._
Beliau berpesan bahwa inti Indonesia adalah terletak pada rasa persatuan dan kesatuan. Rasa inilah yang agaknya menjadi barang mahal dan sulit sekarang ini.
Rasa itu sesungguhnya yang membingkai keberadaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Karenanya tugas kita bagaimana terus menjaga NKRI ini, itulah mengapa dalam setiap ceramah beliau akhir-akhir ini sering membahas tentang upaya mengukuhkan Persatuan Bangsa dan Negara.
Indonesia itu menurut beliau, tidak disukai kalau ekonominya maju. Karenanya selalu ada upaya eksternal (asing) untuk memperlemah ekonomi Indonesia.
Sekaligus terus mengancam NKRI. Ketika gagal melemahkan dari sisi ekonomi, dilemparlah isu Sunni-Syiah. Begitu merasa gagal dengan isu itu kemudian konflik antar umat beragama seperti insiden di Tolikara Papua. Intinya cuma satu: memecah belah NKRI.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya memberikan sebuah analogi tentang bagaimana menjadi muslim yang baik di bumi Indonesia,
“Laut itu punya jati diri, pendirian, dan harga diri. Sehingga betapapun zat yang masuk ke dalam laut melalui sungai-sungai yang mengalir kepadanya, keasinan air laut tidak akan terkontaminasi. Karena laut itu bisa mengantisipasi limbah-limbah yang masuk".
Lebih lanjut, beliau menjelaskan, ikan yang berada di dalam laut pun juga demikian. Ia tetap tawar dan tidak terkontaminasi oleh asinnya air laut.
Sedangkan air laut sendiri tidak mengintervensi ikan yang ada di laut. Keduanya mempunyai jati diri yang luar biasa dan bisa hidup bersama, serta saling menghargai dalam “ideologinya” masing-masing.
_“Dalam hidup berbangsa dan bernegara, laut adalah contoh konkrit. Jati diri bangsa, harga diri bangsa, kehormatan bangsa tetep punya kepribadian yang luar biasa, dan kedua-duanya dapat hidup bareng dengan harmoni.
Kalau kita bisa meniru kehidupan yang ada di laut, maka bangsa ini akan aman dan enggak bakal ruwet,”_ begitulah penjelasan Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
Perlu ditegaskan disini bahwa Islam Nusantara tidaklah anti budaya Arab, akan tetapi untuk melindungi Islam dari Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual.
Islam Nusantara tetaplah berpijak pada akidah tauhid sebagaimana esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad.
Arabisasi bukanlah esensi ajaran Islam. Karenanya, kehadiran karakteristik Islam Nusantara bukanlah respon dari upaya Arabisasi atau percampuran budaya arab dengan ajaran Islam,
Akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam.
Rais Am Syuriah PBNU Pusat Dr. HC. KH. Ahmad Musthofa Bisri menjelaskan, _“Kalau Islam diidentikkan dengan Arab, Abu Jahal juga orang Arab, dia memakai sorban dan jubah.
Tentu ketika kita memakai jubah dan sorban semata mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, bukan mengikuti budaya Arab".
Lebih lanjut Mustasyar PBNU Pusat Syaikhuna wa Murobbi Rukhina KH. Maimun Zubair menjelaskan.
“Bangsa Arab itu mulia karena adanya Islam, maka Indonesia pun akan mulia dengan adanya Islam”._
Saat ini negara-negara Muslim di dunia sedang melirik Islam di Indonesia, mereka manyatakan diri perlu belajar banyak dari Indonesia, bagaimana bisa negara besar dengan berbagai suku, agama, ras, adat istiadat bisa damai dan tentram tanpa ada konflik horizontal berkepanjangan ?
Pesan rahmatan lil alamin menjiwai karakteristik Islam Nusantara,
sebuah wajah Islam yang moderat, toleran, cinta damai dan menghargai keberagaman.
#CintaNU
Mereka yang tidak suka NU melakukan berbagai cara untuk mengajak umat Islam agar semakin membenci NU. Padahal negara muslim di seluruh dunia saat ini banyak yang belajar kepada Nahdlatul Ulama tentang bagaimana membina dan mengelola Islam yang damai, ramah, dan santun.
Banyak orang mengaku-ngaku sebagai NU Garis Lurus, NU Garis Suci, atau pecinta NU yang justru menghancurkan NU dengan membuat opini-opini yang menebar kebencian dan memunculkan perpecahan.
Tragisnya, bahkan orang NU sendiri yang notabene punya pengaruh besar di mata publik ikut terhanyut dalam hasutan dan hinaan oleh mereka para pembenci NU.
Tidak dipungkiri gagasan “Islam Nusantara” bisa menjadi magnet besar dalam membangun besarnya kekuatan Islam di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan oleh media-media pembenci NU, itu dijadikan lahan untuk menghancurkan NU dari dalam seolah-olah NU telah diboncengi oleh Liberal, Syiah, dan Wahabi.
Padahal telah jelas dan disepakati oleh ribuan ulama dan kiai pengasuh pondok pesantren serta majelis ta’lim di seluruh Indonesia bahwa tema Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia”.
Tema tersebut dipilih untuk menunjukkan posisi strategis NU di Indonesia dan dunia sebagai pengusung Islam rahmatan lil ‘alamin.
Cukup menjadi pelajaran berharga dari Afghanistan, Irak, Suriah, Libya, Yaman, Tunisia, Mesir, Somalia dan negara-negara muslim yang menjadi sasaran konflik antarumat Islam karena tidak adanya persatuan diantara mereka.
Kita tidak menginginkan Indonesia seperti mereka, berapa juta umat Islam yang mati mengenaskan akibat konflik di negara-negara tersebut ?
Ide Islam Nusantara datang bukan untuk mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Islam nusantara bukan sebuah upaya sinkretisme yang memadukan Islam dengan “agama Jawa”, melainkan kesadaran budaya dalam berdakwah sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendahulu kita walisongo. Islam nusantara tidak anti arab,
karena bagaimanapun juga dasar-dasar Islam dan semua referensi pokok dalam ber-islam berbahasa Arab.
Saat ini istilah Islam Nusantara telah menimbulkan polemik pro dan kontra.
Bagi NU sebagai ormas Islam terbesar, Islam Nusantara merujuk pada fakta sejarah penyebaran Islam di wilayah Nusantara dengan cara pendekatan budaya, tidak dengan doktrin yang kaku dan keras.
Bahwa Islam di Nusantara didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya.
Dari pijakan sejarah itulah, NU akan bertekad mempertahankan karakter Islam Nusantara yaitu Islam yang ramah, damai, terbuka dan toleran.
Menyimak wajah Islam di dunia saat ini, Islam Nusantara sangat dibutuhkan, karena ciri khasnya mengedepankan jalan tengah karena bersifat tawasuth (moderat), tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang, inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik.
Oleh karena itu, sudah selayaknya Islam Nusantara dijadikan alternatif untuk membangun peradaban dunia Islam yang damai dan penuh harmoni di negeri mana pun.
Menurut Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Rais Syuriah PBNU Pusat menjelaskan,
“Sebenarnya maksudnya Islam di Nusantara, bukan merupakan ajaran atau aliran sendiri. Jadi bagaimana mewarisi Islam yang telah digagas atau dikembangkan para wali-wali dulu.”
Beliau melanjutkan, _“Islam di belahan bumi Indonesia itu punya karakteristik sendiri yang unik,.
Kalau saja wali songo itu tidak coba beradaptasi dengan lingkungan sekitar ketika Hindu dan Budha masih menjadi agama mayoritas, mungkin kita tidak bisa menyaksikan Islam yang tumbuh subur seperti sekarang ini”._
Beliau berpesan bahwa inti Indonesia adalah terletak pada rasa persatuan dan kesatuan. Rasa inilah yang agaknya menjadi barang mahal dan sulit sekarang ini.
Rasa itu sesungguhnya yang membingkai keberadaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Karenanya tugas kita bagaimana terus menjaga NKRI ini, itulah mengapa dalam setiap ceramah beliau akhir-akhir ini sering membahas tentang upaya mengukuhkan Persatuan Bangsa dan Negara.
Indonesia itu menurut beliau, tidak disukai kalau ekonominya maju. Karenanya selalu ada upaya eksternal (asing) untuk memperlemah ekonomi Indonesia.
Sekaligus terus mengancam NKRI. Ketika gagal melemahkan dari sisi ekonomi, dilemparlah isu Sunni-Syiah. Begitu merasa gagal dengan isu itu kemudian konflik antar umat beragama seperti insiden di Tolikara Papua. Intinya cuma satu: memecah belah NKRI.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya memberikan sebuah analogi tentang bagaimana menjadi muslim yang baik di bumi Indonesia,
“Laut itu punya jati diri, pendirian, dan harga diri. Sehingga betapapun zat yang masuk ke dalam laut melalui sungai-sungai yang mengalir kepadanya, keasinan air laut tidak akan terkontaminasi. Karena laut itu bisa mengantisipasi limbah-limbah yang masuk".
Lebih lanjut, beliau menjelaskan, ikan yang berada di dalam laut pun juga demikian. Ia tetap tawar dan tidak terkontaminasi oleh asinnya air laut.
Sedangkan air laut sendiri tidak mengintervensi ikan yang ada di laut. Keduanya mempunyai jati diri yang luar biasa dan bisa hidup bersama, serta saling menghargai dalam “ideologinya” masing-masing.
_“Dalam hidup berbangsa dan bernegara, laut adalah contoh konkrit. Jati diri bangsa, harga diri bangsa, kehormatan bangsa tetep punya kepribadian yang luar biasa, dan kedua-duanya dapat hidup bareng dengan harmoni.
Kalau kita bisa meniru kehidupan yang ada di laut, maka bangsa ini akan aman dan enggak bakal ruwet,”_ begitulah penjelasan Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
Perlu ditegaskan disini bahwa Islam Nusantara tidaklah anti budaya Arab, akan tetapi untuk melindungi Islam dari Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual.
Islam Nusantara tetaplah berpijak pada akidah tauhid sebagaimana esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad.
Arabisasi bukanlah esensi ajaran Islam. Karenanya, kehadiran karakteristik Islam Nusantara bukanlah respon dari upaya Arabisasi atau percampuran budaya arab dengan ajaran Islam,
Akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam.
Rais Am Syuriah PBNU Pusat Dr. HC. KH. Ahmad Musthofa Bisri menjelaskan, _“Kalau Islam diidentikkan dengan Arab, Abu Jahal juga orang Arab, dia memakai sorban dan jubah.
Tentu ketika kita memakai jubah dan sorban semata mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, bukan mengikuti budaya Arab".
Lebih lanjut Mustasyar PBNU Pusat Syaikhuna wa Murobbi Rukhina KH. Maimun Zubair menjelaskan.
“Bangsa Arab itu mulia karena adanya Islam, maka Indonesia pun akan mulia dengan adanya Islam”._
Saat ini negara-negara Muslim di dunia sedang melirik Islam di Indonesia, mereka manyatakan diri perlu belajar banyak dari Indonesia, bagaimana bisa negara besar dengan berbagai suku, agama, ras, adat istiadat bisa damai dan tentram tanpa ada konflik horizontal berkepanjangan ?
Pesan rahmatan lil alamin menjiwai karakteristik Islam Nusantara,
sebuah wajah Islam yang moderat, toleran, cinta damai dan menghargai keberagaman.
#CintaNU
Tuesday, March 5, 2019
Puasa Sunah Awal Bulan Rajab 8 Maret 2019
Puasa Sunah Awal Bulan Rajab 8 Maret 2019
Bismillahir Rahmanir Rahim. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita: "Ketika kami berjalan bersama-sama Nabi saw melalui sebuah kubur, lalu Nabi saw berhenti dan Baginda menangis dengan amat sedih, kemudian baginda berdoa kepada Allah swt. Lalu saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah saw, mengapakah anda menangis?".
Lalu Rasulullah saw bersabda: "Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur mereka, dan saya berdoa kepada Allah, lalu Allah meringankan siksa ke atas mereka. Sabda Rasulullah saw lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari saja dalam bulan Rajab, dan mereka tidak tidur semalam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa dalam kubur."
Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah saw, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah boleh mengelakkan dari siksa kubur?" Sabda Rasulullah saw, "Wahai Tsauban, demi Allah Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan solat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat kerana Allah, kecuali Allah mencatat- kan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan solat malam satu tahun." Sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku (Rasulullah saw) dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku."
"Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka.
@gusmuwafiqchannel
#gusmuwafiq #puasa #sunah
Bismillahir Rahmanir Rahim. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita: "Ketika kami berjalan bersama-sama Nabi saw melalui sebuah kubur, lalu Nabi saw berhenti dan Baginda menangis dengan amat sedih, kemudian baginda berdoa kepada Allah swt. Lalu saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah saw, mengapakah anda menangis?".
Lalu Rasulullah saw bersabda: "Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur mereka, dan saya berdoa kepada Allah, lalu Allah meringankan siksa ke atas mereka. Sabda Rasulullah saw lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari saja dalam bulan Rajab, dan mereka tidak tidur semalam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa dalam kubur."
Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah saw, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah boleh mengelakkan dari siksa kubur?" Sabda Rasulullah saw, "Wahai Tsauban, demi Allah Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan solat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat kerana Allah, kecuali Allah mencatat- kan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan solat malam satu tahun." Sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku (Rasulullah saw) dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku."
"Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka.
@gusmuwafiqchannel
#gusmuwafiq #puasa #sunah
Sunday, March 3, 2019
RAHASIA DIBALIK NAMA MUHAMMAD
RAHASIA DIBALIK NAMA MUHAMMAD
.
.
Nabi SAW bersabda:
Barang siapa yang mempunyai anak lalu diberi nama MUHAMMAD karena cinta padaku dan karena ngalap berkah dengan namaku maka dia dan anaknya akan dimasukkan surga
.
.
Nabi SAW bersabda:
Barang siapa yang mempunyai anak lalu diberi nama MUHAMMAD karena cinta padaku dan karena ngalap berkah dengan namaku maka dia dan anaknya akan dimasukkan surga
ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﺑﻴﺘﺎ ﻓﻴﻪ ﺍﺳﻤﻰ
Kefakiran tidak akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat namaku.
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﻫﻞ ﺑﻴﺖ ﻓﻴﻬﻢ ﺍﺳﻢ ﻧﺒﻲ ﺍﻻ ﺑﻌﺚ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻣﻠﻜﺎ ﻳﻘﺪﺳﻬﻢ ﺑﺎﻟﻐﺪﺍﺓ ﻭﺍﻟﻌﺸﻲ
Tidak ada dari sebuah keluarga yang didalamnya ada nama nabi melainkan ALLAH SWT akan mengutus padanya seorang malaikat yang membaca tasbih untuk mereka pagi dan sore.
ﻣﻦ ﻭﻟﺪ ﻟﻪ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻭﻻﺩ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﻢ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻓﻘﺪ ﺟﻬﻞ
Barang siapa mempunyai tiga anak dan salah satunya tidak ada yang diberi nama MUHAMMAD maka dia benar-benar BODOH.
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺑﻴﺖ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﺳﻤﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻻ ﻻﻳﺨﻠﻮﺍ ﻋﻦ ﺧﻴﺮ
Tidak ada rumah yang didalamnya terdapat seseorang yang bernama MUHAMMAD melainkan rumah itu tidak akan sepi dari kebaikan.
ﻳﻨﺎﺩﻯ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ، ﻓﻴﺮﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻮﻗﻒ ﻣﻦ ﺍﺳﻤﻪ ﻣﺤﻤﺪ، ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ : ﺃﺷﻬﺪﻛﻢ ﺃﻧﻰ ﻗﺪ ﻏﻔﺮﺕ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﺳﻤﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﻢ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻴﻰ
Dihari kiamat akan dipanggil “Wahai MUHAMMAD” lalu setiap orang yang bernama MUHAMMAD mengangkat kepalanya, ALLAH Azza wajalla berfirman: “Saya bersaksi pada kalian bahwa sesungguhnya saya benar-benar akan mengampuni kalian yang namanya menyamai nama nabi MUHAMMAD.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ : ﻭﻋﺰﺗﻰ ﻭﺟﻼﻟﻰ ﻻ ﻋﺬﺑﺖ ﺍﺣﺪﺍ ﺗﺴﻤﻰ ﺑﺎﺳﻤﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ
ALLAH Azza wajalla berfirman : Demi sifat agungku dan luhurku, Saya tidak akan menyiksa selamanya dineraka seseorang yang diberi nama seperti namamu (MUHAMMAD).
~ Kitab Sa’adatuddaroin 373-391 (Karya Syekh Yusuf Bin Ismail An Nabhani A.R)
.
.
.
#Copas_Madad_Ya_Rasulullah
.
.
.
#Copas_Madad_Ya_Rasulullah
Al-FATIHAH untuk DIRI SENDIRI
*Al-FATIHAH untuk DIRI SENDIRI*
Assalamualaikum.wr.wb
Mohon maaf ... hari ini habib INGIN BERBAGI sesuatu untuk Orang orang yg habib hormati dan sayangi ....
... tapi ana mau tanya dulu,, Pernahkah menghadiahkan Al-Fatihah untuk DIRI KITA Sendiri...?
Jika belum jawabannya, lakukanlah mulai hari ini karena ini adalah makanan yang baik bagi ROH kita,, yaitu Zikir-zikir dan Al-Fatihah adalah sebaik2nya hadiah untuk Rohani kita.
TATA CARANYA :
1. *berilah salam* pada diri sendiri dulu,,
2.lalu panggil nama *LENGKAP kita dengan lembut 3x kali,, dan*
3. kemudian *sentuh dada kiri kita ( jantung )* sambil mengucapkan :
" *ALHAMDULILLAH* ."
4.Kemudian katakanlah :
*Aku hadiahkan Al-Fatihah ini untuk diriKu sendiri, Lahir dan Batinku, Yaa* *Allah jagalah hamba-Mu ini..,, Lindungi hamba-Mu,, Jadikanlah hambamu ini Yg kau ridhoi , dan berilah petunjuk dan hidayahmu serta berilah kesehatan untuk hambamu ini .... Aamiin Ya Allah. lalu " Al-Fatihah 1x.*
*Lakukan sekarang karena barangkali sudah lama atau tidak pernah kita menghadiahkan Al-Fatihah pada diri sendiri,* lakukan sekarang dan Nikmatilah RASAnya…
Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)
Aamiin ya Rabbal'alamin
Semoga bermanfaat dunia akhirat...,, Aamiin... 🙏🙏🙏
Assalamualaikum.wr.wb
Mohon maaf ... hari ini habib INGIN BERBAGI sesuatu untuk Orang orang yg habib hormati dan sayangi ....
... tapi ana mau tanya dulu,, Pernahkah menghadiahkan Al-Fatihah untuk DIRI KITA Sendiri...?
Jika belum jawabannya, lakukanlah mulai hari ini karena ini adalah makanan yang baik bagi ROH kita,, yaitu Zikir-zikir dan Al-Fatihah adalah sebaik2nya hadiah untuk Rohani kita.
TATA CARANYA :
1. *berilah salam* pada diri sendiri dulu,,
2.lalu panggil nama *LENGKAP kita dengan lembut 3x kali,, dan*
3. kemudian *sentuh dada kiri kita ( jantung )* sambil mengucapkan :
" *ALHAMDULILLAH* ."
4.Kemudian katakanlah :
*Aku hadiahkan Al-Fatihah ini untuk diriKu sendiri, Lahir dan Batinku, Yaa* *Allah jagalah hamba-Mu ini..,, Lindungi hamba-Mu,, Jadikanlah hambamu ini Yg kau ridhoi , dan berilah petunjuk dan hidayahmu serta berilah kesehatan untuk hambamu ini .... Aamiin Ya Allah. lalu " Al-Fatihah 1x.*
*Lakukan sekarang karena barangkali sudah lama atau tidak pernah kita menghadiahkan Al-Fatihah pada diri sendiri,* lakukan sekarang dan Nikmatilah RASAnya…
Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)
Aamiin ya Rabbal'alamin
Semoga bermanfaat dunia akhirat...,, Aamiin... 🙏🙏🙏
Saturday, March 2, 2019
Tentang Non-Muslim Bukan Kafir
Tentang Non-Muslim Bukan Kafir
M. Kholid Syeirazi
Hasil Bahtsul Masâil Maudlū’iyah dalam Munas dan Konbes NU 2019 di Banjar Patroman, Jawa Barat, memicu polemik. Dari sekian isu penting, yang paling menyengat publik adalah hasil bahasan di tema “Negara, Kewarganegaraan, Hukum Negara, dan Perdamaian.”
Bagi saya, ini bukan tema baru, tetapi kelanjutan dari visi kebangsaan NU yang telah ditanamkan sejak tahun 1936, 1945, 1953, 1984, dan 1987. Tahun 1936, NU menyebut kawasan Nusantara sebagai Dârus Salâm. Tahun 1945, NU setuju NKRI berdasarkan Pancasila dan kemudian menggalang Resolusi Jihad untuk mempertahankan NKRI dari pendudukan kolonial. Tahun 1953, NU mengakui keabsahan kepemimpinan Soekarno secara fikih dan menggelarinya dengan julukan Waliyyul Amr ad-Dlarūri bis Syaukah. Tahun 1983-84, NU menegaskan NKRI final bagi perjuangan umat Islam. Tahun 1987, NU memperkenalkan trilogi ukhuwwah: Ukhuwwah Islâmiyah, Ukhuwwah Wathaniyah, Ukhuwwah Basyariyah/Insâniyah.
Produk-produk penting ini perlu saya ingatkan, terutama kepada orang NU, yang mulai gemar menilai NU dengan kaca mata non-NU. Saya mengikuti sejumlah grup WA yang isinya orang NU tetapi menghujat produk Munas/Konbes NU 2019 terkait isu ini.
Saya tidak terlibat di Komisi Bahtsul Masa’il, tetapi di Komisi Rekomendasi sebagai Sekretaris. Namun, saya mengikuti nuansa perdebatan tentang materi penting itu di luar forum. Bahtsul Masâ’il di lingkungan NU, terlebih jika isunya penting, selalu melibatkan perdebatan panas, sampai-sampai pimpinan PBNU (Rais ‘Am, Ketua Umum, Katib ‘Am, dan Sekjen) turun gelanggang. Kenapa ini terjadi? Karena tradisi Bahtsul Masâ’il NU adalah adu ta’bir (ibârât/kutipan/rujukan) teks kitab. Dan begitu melihat teks kitab terkait status non-Muslim, yang tersedia adalah istilah Kâfir Harby, Kâfir Dzimmy, Kâfir Mu’âhad, dan Kâfir Musta’min. Kâfir Harby merujuk ke orang kafir yang agresif karena itu harus diperangi. Kâfir Dzimmy merujuk ke orang kafir yang tinggal di negeri Islam yang tunduk dan dilindungi dengan membayar jizyah (pajak). Kâfir Mu’âhad merujuk ke orang kafir yang dilindungi karena mengikat perjanjian. Kâfir Musta’min merujuk ke orang kafir yang datang ke negeri Islam yang minta perlindungan dan dilindungi.
Kategori ini adalah kategori sosiologis-politis, bukan teologis. Orang yang mengingkari risalah Muhammad disebut kafir secara teologis. Tetapi, fikih jihad membagi mereka berdasarkan kategori sikap sosial dan politis. Semua haram darahnya, kecuali kâfir harby.
Kategori sosiologis-politis ini, menurut saya, bias Negara Islam atau Khilâfah Islâmiyah. Memang, teks kitab yang dikaji dan dirujuk di lingkungan NU, termasuk kelompok Islam lain, rata-rata disusun dalam konfigurasi politik dawlah Islâmiyah. Dalam konteks itu, orang Islam adalah pemain utama yang menguasai negara dan pemerintahan. Status orang kafir tergantung sikapnya. Kalau dia agresif, dia harus dibunuh. Kalau tunduk dan bayar pajak, dilindungi dan tidak boleh diganggu. Kalau minta perlindungan, harus dilindungi. Kalau mengikat perjanjian, wajib dilindungi selama tidak melanggar perjanjian.
Pertanyaannya, apakah kategorisasi ini tetap relevan dan bisa digunakan untuk menilai NKRI yang sejak semula telah ditetapkan sebagai BUKAN NEGARA ISLAM? Musyâwirīn dalam forum Bahtsul Masâ’il sebagian masih terikat dengan teks harfiah kitab, karena itu tetap mengenakan idiom kafir untuk menghukumi status non-Muslim di Indonesia. Perdebatan keras itu berujung kepada keluarnya idiom baru: Musâlimin. Istilah ini merujuk ke seluruh pihak yang terikat komitmen untuk saling menjaga dan melindungi. Konsepnya sudah jauh lebih egaliter. Semua pihak berkedudukan sederajat, punya hak dan kewajiban yang sama untuk saling menjaga dan melindungi. Ketika konsep ini diplenokan, Ketua Umum PBNU mengusulkan penggantian istilah Muwâthinin yaitu warga negara. Muwâthinin derivat dari kata wathan yang artinya bangsa. Karena NKRI adalah bentuk dari Mu’âhadah Wathaniyah (konsensus kebangsaan), seluruh pihak, tanpa diskriminasi, adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Secara normatif, tidak ada mayoritas dan minoritas. Semua berlaku prinisp keseteraan dan persamaan di muka hukum (equality before the law).
Keputusan ini sama sekali tidak merevisi konsep keimanan. Mu’min dan kafir itu tetap ada di ranah privat teologis masing-masing agama. Bagi orang Islam, non-Muslim itu kafir, begitu juga sebaliknya. Tetapi, idiom ini tidak berlaku di ranah publik (mu’âmalah wathaniyah). Semua adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Ini persis seperti yang dilakukan Nabi ketika mendirikan Negara Madinah. Kaum Muslim dan Yahudi dengan beragam suku dan agamanya, di dalam naskah Piagam Madinah, semua disebut sebagai Ummatun Wâhidah. Definisi ‘umat’ dalam Piagam Madinah bahkan jauh lebih inklusif daripada penggunaan sekarang, yang secara eksklusif hanya merujuk kepada umat Islam. Umat dalam Piagam Madinah adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Tidak ada diskriminasi dan persekusi berbasis SARA. Prosekusi diberlakukan kepada seluruh pelanggar hukum, tidak peduli suku dan agamanya.
Adakah yang salah dengan keputusan ini? Sama sekali tidak! Ada pihak, yang dengan keputusan ini, ingin menambahkan bukti tentang penyimpangan NU di bawah kepimpinan KH. Said Aqil Siroj. NU, kata mereka, semakin menyimpang dari jalur para pendiri. Penilaian ini salah, totally wrong! Tahun 1936, Hadlratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari telah memimpin Muktamar di Banjarmasin yang memutuskan Nusantara sebagai kawasan damai (Dârus Salâm). Tidak berlaku hukum perang sejauh penguasa kolonial masih membolehkan umat Islam menjalankan syariat Islam, meskipun terbatas. Tahun 1945, Hadlratus Syeikh setuju Indonesia tidak menjadi Negara Islam, tetapi NKRI berdasarkan Pancasila. Di tahun yang sama, ketika kompeni berniat menduduki lagi negeri yang sudah diproklamirkan merdeka, Hadlratus Syeikh mencanangkan Resolusi Jihad untuk mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila itu. Tahun 1983-84, dalam kontinuum semangat yang sama, NU memutuskan NKRI final. Apa konsekuensi dari resepsi finalitas NKRI? Secara normatif, seluruh warga negara dalam NKRI berkedudukan sederajat. Tidak ada diskriminasi SARA. Orang Islam, meski mayoritas dari segi jumlah, tidak lantas kebal hukum atau ingin menjadi pemain utama. Umat Islam wajib mematuhi hukum yang berlaku sejauh tidak melanggar syariat. Tidak ada mukmin dan kafir di ranah publik NKRI. Yang ada adalah warga negara Indonesia, yang berbhinneka tunggal ika.
Keputusan Munas/
Konbes NU, sekali lagi, adalah menghidupkan kembali semangat Piagam Madinah dan kesepakatan para founding fathers yang mendirikan Indonesia bukan sebagai Negara Islam, tetapi NKRI berdasarkan Pancasila. NU sejak 1984, telah menyatakan NKRI final. Konsekuensinya, tidak lagi relevan mengungkap idiom-idiom privat agama ke ranah publik. Non-Muslim Indonesia tidak layak dihukumi sebagai kâfir dzimmy, kâfir mu’âhad, kâfir Musta’min apalagi kâfir Harby yang harus dimusuhi. Nahnu al-Muwâthinūn: kita semua adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Tidak ada persekusi dan prosekusi kecuali kepada para pelanggar hukum, apa pun suku dan agamanya.
Sekretaris Umum PP ISNU
M. Kholid Syeirazi
Hasil Bahtsul Masâil Maudlū’iyah dalam Munas dan Konbes NU 2019 di Banjar Patroman, Jawa Barat, memicu polemik. Dari sekian isu penting, yang paling menyengat publik adalah hasil bahasan di tema “Negara, Kewarganegaraan, Hukum Negara, dan Perdamaian.”
Bagi saya, ini bukan tema baru, tetapi kelanjutan dari visi kebangsaan NU yang telah ditanamkan sejak tahun 1936, 1945, 1953, 1984, dan 1987. Tahun 1936, NU menyebut kawasan Nusantara sebagai Dârus Salâm. Tahun 1945, NU setuju NKRI berdasarkan Pancasila dan kemudian menggalang Resolusi Jihad untuk mempertahankan NKRI dari pendudukan kolonial. Tahun 1953, NU mengakui keabsahan kepemimpinan Soekarno secara fikih dan menggelarinya dengan julukan Waliyyul Amr ad-Dlarūri bis Syaukah. Tahun 1983-84, NU menegaskan NKRI final bagi perjuangan umat Islam. Tahun 1987, NU memperkenalkan trilogi ukhuwwah: Ukhuwwah Islâmiyah, Ukhuwwah Wathaniyah, Ukhuwwah Basyariyah/Insâniyah.
Produk-produk penting ini perlu saya ingatkan, terutama kepada orang NU, yang mulai gemar menilai NU dengan kaca mata non-NU. Saya mengikuti sejumlah grup WA yang isinya orang NU tetapi menghujat produk Munas/Konbes NU 2019 terkait isu ini.
Saya tidak terlibat di Komisi Bahtsul Masa’il, tetapi di Komisi Rekomendasi sebagai Sekretaris. Namun, saya mengikuti nuansa perdebatan tentang materi penting itu di luar forum. Bahtsul Masâ’il di lingkungan NU, terlebih jika isunya penting, selalu melibatkan perdebatan panas, sampai-sampai pimpinan PBNU (Rais ‘Am, Ketua Umum, Katib ‘Am, dan Sekjen) turun gelanggang. Kenapa ini terjadi? Karena tradisi Bahtsul Masâ’il NU adalah adu ta’bir (ibârât/kutipan/rujukan) teks kitab. Dan begitu melihat teks kitab terkait status non-Muslim, yang tersedia adalah istilah Kâfir Harby, Kâfir Dzimmy, Kâfir Mu’âhad, dan Kâfir Musta’min. Kâfir Harby merujuk ke orang kafir yang agresif karena itu harus diperangi. Kâfir Dzimmy merujuk ke orang kafir yang tinggal di negeri Islam yang tunduk dan dilindungi dengan membayar jizyah (pajak). Kâfir Mu’âhad merujuk ke orang kafir yang dilindungi karena mengikat perjanjian. Kâfir Musta’min merujuk ke orang kafir yang datang ke negeri Islam yang minta perlindungan dan dilindungi.
Kategori ini adalah kategori sosiologis-politis, bukan teologis. Orang yang mengingkari risalah Muhammad disebut kafir secara teologis. Tetapi, fikih jihad membagi mereka berdasarkan kategori sikap sosial dan politis. Semua haram darahnya, kecuali kâfir harby.
Kategori sosiologis-politis ini, menurut saya, bias Negara Islam atau Khilâfah Islâmiyah. Memang, teks kitab yang dikaji dan dirujuk di lingkungan NU, termasuk kelompok Islam lain, rata-rata disusun dalam konfigurasi politik dawlah Islâmiyah. Dalam konteks itu, orang Islam adalah pemain utama yang menguasai negara dan pemerintahan. Status orang kafir tergantung sikapnya. Kalau dia agresif, dia harus dibunuh. Kalau tunduk dan bayar pajak, dilindungi dan tidak boleh diganggu. Kalau minta perlindungan, harus dilindungi. Kalau mengikat perjanjian, wajib dilindungi selama tidak melanggar perjanjian.
Pertanyaannya, apakah kategorisasi ini tetap relevan dan bisa digunakan untuk menilai NKRI yang sejak semula telah ditetapkan sebagai BUKAN NEGARA ISLAM? Musyâwirīn dalam forum Bahtsul Masâ’il sebagian masih terikat dengan teks harfiah kitab, karena itu tetap mengenakan idiom kafir untuk menghukumi status non-Muslim di Indonesia. Perdebatan keras itu berujung kepada keluarnya idiom baru: Musâlimin. Istilah ini merujuk ke seluruh pihak yang terikat komitmen untuk saling menjaga dan melindungi. Konsepnya sudah jauh lebih egaliter. Semua pihak berkedudukan sederajat, punya hak dan kewajiban yang sama untuk saling menjaga dan melindungi. Ketika konsep ini diplenokan, Ketua Umum PBNU mengusulkan penggantian istilah Muwâthinin yaitu warga negara. Muwâthinin derivat dari kata wathan yang artinya bangsa. Karena NKRI adalah bentuk dari Mu’âhadah Wathaniyah (konsensus kebangsaan), seluruh pihak, tanpa diskriminasi, adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Secara normatif, tidak ada mayoritas dan minoritas. Semua berlaku prinisp keseteraan dan persamaan di muka hukum (equality before the law).
Keputusan ini sama sekali tidak merevisi konsep keimanan. Mu’min dan kafir itu tetap ada di ranah privat teologis masing-masing agama. Bagi orang Islam, non-Muslim itu kafir, begitu juga sebaliknya. Tetapi, idiom ini tidak berlaku di ranah publik (mu’âmalah wathaniyah). Semua adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Ini persis seperti yang dilakukan Nabi ketika mendirikan Negara Madinah. Kaum Muslim dan Yahudi dengan beragam suku dan agamanya, di dalam naskah Piagam Madinah, semua disebut sebagai Ummatun Wâhidah. Definisi ‘umat’ dalam Piagam Madinah bahkan jauh lebih inklusif daripada penggunaan sekarang, yang secara eksklusif hanya merujuk kepada umat Islam. Umat dalam Piagam Madinah adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Tidak ada diskriminasi dan persekusi berbasis SARA. Prosekusi diberlakukan kepada seluruh pelanggar hukum, tidak peduli suku dan agamanya.
Adakah yang salah dengan keputusan ini? Sama sekali tidak! Ada pihak, yang dengan keputusan ini, ingin menambahkan bukti tentang penyimpangan NU di bawah kepimpinan KH. Said Aqil Siroj. NU, kata mereka, semakin menyimpang dari jalur para pendiri. Penilaian ini salah, totally wrong! Tahun 1936, Hadlratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari telah memimpin Muktamar di Banjarmasin yang memutuskan Nusantara sebagai kawasan damai (Dârus Salâm). Tidak berlaku hukum perang sejauh penguasa kolonial masih membolehkan umat Islam menjalankan syariat Islam, meskipun terbatas. Tahun 1945, Hadlratus Syeikh setuju Indonesia tidak menjadi Negara Islam, tetapi NKRI berdasarkan Pancasila. Di tahun yang sama, ketika kompeni berniat menduduki lagi negeri yang sudah diproklamirkan merdeka, Hadlratus Syeikh mencanangkan Resolusi Jihad untuk mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila itu. Tahun 1983-84, dalam kontinuum semangat yang sama, NU memutuskan NKRI final. Apa konsekuensi dari resepsi finalitas NKRI? Secara normatif, seluruh warga negara dalam NKRI berkedudukan sederajat. Tidak ada diskriminasi SARA. Orang Islam, meski mayoritas dari segi jumlah, tidak lantas kebal hukum atau ingin menjadi pemain utama. Umat Islam wajib mematuhi hukum yang berlaku sejauh tidak melanggar syariat. Tidak ada mukmin dan kafir di ranah publik NKRI. Yang ada adalah warga negara Indonesia, yang berbhinneka tunggal ika.
Keputusan Munas/
Konbes NU, sekali lagi, adalah menghidupkan kembali semangat Piagam Madinah dan kesepakatan para founding fathers yang mendirikan Indonesia bukan sebagai Negara Islam, tetapi NKRI berdasarkan Pancasila. NU sejak 1984, telah menyatakan NKRI final. Konsekuensinya, tidak lagi relevan mengungkap idiom-idiom privat agama ke ranah publik. Non-Muslim Indonesia tidak layak dihukumi sebagai kâfir dzimmy, kâfir mu’âhad, kâfir Musta’min apalagi kâfir Harby yang harus dimusuhi. Nahnu al-Muwâthinūn: kita semua adalah warga negara yang berkedudukan sederajat. Tidak ada persekusi dan prosekusi kecuali kepada para pelanggar hukum, apa pun suku dan agamanya.
Sekretaris Umum PP ISNU
Thursday, February 28, 2019
Fungsi Mengetahui Sejarah Bangsa
Fungsi Mengetahui Sejarah Bangsa
#Oleh: Habib Lutfi bin Yahya.
Sejarah merupakan hal penting bagi suatu bangsa. Sejarah tidak sekedar kronologi kejadian tapi merupakan penggalan kehidupan yang memiliki banyak fungsi dan sarat makna, diantaranya:
Pertama sejarah berfungsi sebagai referensi hidup.
Seseorang yg tdk memahami sejarah diri dan bangsanya akan mudah terombang ambingkan keadaan karena dia tak tahu jejak masa lalu yg bisa dijadikan rujukan dlm menghadapi realitas kekinian.
Akibatnya mrk menelan mentah mentah semua referensi yg diberikan oleh orang lain meskipun tdk ada kaitan hidupnya dan tdk sesuai dg kondisi diri dan konstruksi sosial yg melingkupinya.
Ada beberapa jejak sejarah yg belum terungkap atau cacatan sejarah yg tdk sesuai fakta. Misalnya jejak perjuangan para habaib dalam proses Islamisasi Nusantara dan perjuangan melawan kolonial sampe terbentuknya NKRI kurang banyak diungkap padahal peran dan sumbangan beliau beliau sangat banyak.
Kalau hal ini diungkap akan bisa jadi referensi anak anak sekarang untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan semangat Islam Nusantara.
Para Habaib tempo dulu berjuang dengan menghormati budaya dan tradisi masyarakat pribumi. Mrk menggunakan atribut budaya lokal sbg sarana untuk menyampaikan ajaran Islam.
Hal ini dilakukan sbg straregi untuk mempermudah komunikasi dan mendekatkan jarak sosial psikologis antara Habaib dg masyarakat Nusantara. Karena hal inilah maka banyak para habaib yg memiliki nama Jawa (Nusantara).
Nama-nama tersebut diantaranya Habib Kuncung di Kalibata Jakarta yang memiliki nama Asli Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus yg lebih dikenal dg sebutan Habib Luarbatang. Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus dan lain-lain adalah nama-nama Nusantara dari habaib dari kalangan Walisongo.
Karena kedekatan hubungan sosial inilah akhirnya banyak habaib yg kehilangan jejak identitas diri. Peleburan identitas diri para habaib juga dimaksudkan untuk menjaga keikhlasan dan kualitas ilmu dan iman. Para habaib ingin masyarakat menghormati seseorang bukan karena keturunan tapi karena kualitas ilmu, amal dan imannya.
Kedua, sejarah berfungsi untuk meningkatkan kebanggan dan rasa percaya diri.
Selama ini kita menjadi bangsa yg minder, baru merasa pede kalau bisa mengutip referensi bangsa lain yg sudah maju.
Padahal sejarah bangsa ini adalah bangsa besar. Tapi karena buta sejarah kita tdk tahu kebesaran peradaban sendiri sehingga tdk bisa menggali dan mengembangkan beradaban tersebut dalam konteks kekinian.
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
#Oleh: Habib Lutfi bin Yahya.
Sejarah merupakan hal penting bagi suatu bangsa. Sejarah tidak sekedar kronologi kejadian tapi merupakan penggalan kehidupan yang memiliki banyak fungsi dan sarat makna, diantaranya:
Pertama sejarah berfungsi sebagai referensi hidup.
Seseorang yg tdk memahami sejarah diri dan bangsanya akan mudah terombang ambingkan keadaan karena dia tak tahu jejak masa lalu yg bisa dijadikan rujukan dlm menghadapi realitas kekinian.
Akibatnya mrk menelan mentah mentah semua referensi yg diberikan oleh orang lain meskipun tdk ada kaitan hidupnya dan tdk sesuai dg kondisi diri dan konstruksi sosial yg melingkupinya.
Ada beberapa jejak sejarah yg belum terungkap atau cacatan sejarah yg tdk sesuai fakta. Misalnya jejak perjuangan para habaib dalam proses Islamisasi Nusantara dan perjuangan melawan kolonial sampe terbentuknya NKRI kurang banyak diungkap padahal peran dan sumbangan beliau beliau sangat banyak.
Kalau hal ini diungkap akan bisa jadi referensi anak anak sekarang untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan semangat Islam Nusantara.
Para Habaib tempo dulu berjuang dengan menghormati budaya dan tradisi masyarakat pribumi. Mrk menggunakan atribut budaya lokal sbg sarana untuk menyampaikan ajaran Islam.
Hal ini dilakukan sbg straregi untuk mempermudah komunikasi dan mendekatkan jarak sosial psikologis antara Habaib dg masyarakat Nusantara. Karena hal inilah maka banyak para habaib yg memiliki nama Jawa (Nusantara).
Nama-nama tersebut diantaranya Habib Kuncung di Kalibata Jakarta yang memiliki nama Asli Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus yg lebih dikenal dg sebutan Habib Luarbatang. Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus dan lain-lain adalah nama-nama Nusantara dari habaib dari kalangan Walisongo.
Karena kedekatan hubungan sosial inilah akhirnya banyak habaib yg kehilangan jejak identitas diri. Peleburan identitas diri para habaib juga dimaksudkan untuk menjaga keikhlasan dan kualitas ilmu dan iman. Para habaib ingin masyarakat menghormati seseorang bukan karena keturunan tapi karena kualitas ilmu, amal dan imannya.
Kedua, sejarah berfungsi untuk meningkatkan kebanggan dan rasa percaya diri.
Selama ini kita menjadi bangsa yg minder, baru merasa pede kalau bisa mengutip referensi bangsa lain yg sudah maju.
Padahal sejarah bangsa ini adalah bangsa besar. Tapi karena buta sejarah kita tdk tahu kebesaran peradaban sendiri sehingga tdk bisa menggali dan mengembangkan beradaban tersebut dalam konteks kekinian.
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Manfaat Mengamalkan SHOLAWAT...Nasehat abah guru sekumpul
NASEHAT ABAH GURU SEKUMPUL TENTANG MANFAAT ME'AMALKAN SHOLAWAT
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
"Orang yang membaca sholawat, maka ia akan merasakan surganya dunia, sebelum merasakan surganya akhirat, dan sholawat Itu penerang hati"
"Makhluk tidak bisa cinta dengan ALLOH SWT kecuali melalui Rasululloh"
"Mulai di dunia sampai di alam barzakh tidak ada yg paling nyaman selain makrifat. Supaya lekas makrifat banyaki sholawat"
"Sebaik-baik dan seindah-indah lamunan atau khayalan, ialah menghadirkan kekasih hati (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)"
"Akhir zaman yg seperti ini jalan yg paling mudah menuju hadhrot ALLOH adalah dengan memperbanyak sholawat"
"Aku dijalankan guruku di jalan sholawat, maka aku juga menjalankan muridku di jalan sholawat (memperbanyak baca sholawat)"
"Orang yg bersholawat berarti orang itu telah menyebut kekasih ALLOH maka orang itu sama saja berdzikir/menyebut ALLOH tanpa hijab"
"Memuji Rasululloh adalah jalan yg paling dekat untuk mencapai maqom muqorrobin (orang-orang yang dekat dengan ALLOH)"
"Siapapun yang suka memuji, menyanjung dan membesarkan Rasululloh setiap detik maqomnya naik. kedudukan dan martabatnya di sisi ALLOH itu bertambah mulia setiap detiknya"
"Jika kita mau berbuat sesuatu, pertimbangkan atau pikirkan dulu benar-benar, apakah ini menggembirakan yang di Madinah (Rasululloh SAW) atau menyedihkan yang di Madinah. Jika Rasululloh SAW gembira dan senang, itu juga pertanda ALLOH senang dan ridha kepada kita. Tetapi jika karena dan sebab kita Rasululloh menangis sedih dalam kuburnya, berarti kita telah membuat ALLOH murka dan marah kepada kita".
"Amalan yang paling hebat dari segala amalan adalah sholawat yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Banyak orang mencari dan bertanya-tanya apakah sholawat itu. Sholawat yang tidak berhuruf dan tidak bersuara ialah mutaba'ah dengan Rasulullph SAW (mengikuti dan mengamalkan sunnahnya Rasululloh SAW) yg dzohir maupun yg batin, sambil mengingat bahwa ini pekerjaan Rasululloh SAW, karena tersembunyi hingga malaikat tidak sanggup mencatat amalnya dan hanya ALLOH yang tahu kadar balasan pahalanya"
"Terkumpul kebahagiaan, kemuliaan, dan seluruh kebaikan itu dalam muta'baah (mengikuti) lahir batin dengan Rasululloh Saw"
"Sekecil atau seringan apapun sunnah Nabi di situ ada sirr (rahasia, hikmah) di dalamnya"
"Pangkat/maqom wali itu sekedar mutaba'ahnya, semakin sempurna mutaba'ahnya, semakin tinggi pangkat kewaliannya"
آللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
Allahumma berkat Rasululloh... berkat wali-waliyullah... berkat guru-guru kami ya ALLOH...Mudah-mudahan kita semua... bapak ibu kami... dzurriyat kami... keluarga kami... tetangga kami... dan orang-orang yang cinta kepada kami ya ALLOH...
mendapat keampunan segala dosa dan kesalahan lahir batin seumur hidup...mendapat rahmat yang luas...selamat dunia akhirat... mati beriman sempurna... segala hajat qobul...terkumpul dalam surga bighoiri hisab... amin amin amin...
...
#alfatihah
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
"Orang yang membaca sholawat, maka ia akan merasakan surganya dunia, sebelum merasakan surganya akhirat, dan sholawat Itu penerang hati"
"Makhluk tidak bisa cinta dengan ALLOH SWT kecuali melalui Rasululloh"
"Mulai di dunia sampai di alam barzakh tidak ada yg paling nyaman selain makrifat. Supaya lekas makrifat banyaki sholawat"
"Sebaik-baik dan seindah-indah lamunan atau khayalan, ialah menghadirkan kekasih hati (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)"
"Akhir zaman yg seperti ini jalan yg paling mudah menuju hadhrot ALLOH adalah dengan memperbanyak sholawat"
"Aku dijalankan guruku di jalan sholawat, maka aku juga menjalankan muridku di jalan sholawat (memperbanyak baca sholawat)"
"Orang yg bersholawat berarti orang itu telah menyebut kekasih ALLOH maka orang itu sama saja berdzikir/menyebut ALLOH tanpa hijab"
"Memuji Rasululloh adalah jalan yg paling dekat untuk mencapai maqom muqorrobin (orang-orang yang dekat dengan ALLOH)"
"Siapapun yang suka memuji, menyanjung dan membesarkan Rasululloh setiap detik maqomnya naik. kedudukan dan martabatnya di sisi ALLOH itu bertambah mulia setiap detiknya"
"Jika kita mau berbuat sesuatu, pertimbangkan atau pikirkan dulu benar-benar, apakah ini menggembirakan yang di Madinah (Rasululloh SAW) atau menyedihkan yang di Madinah. Jika Rasululloh SAW gembira dan senang, itu juga pertanda ALLOH senang dan ridha kepada kita. Tetapi jika karena dan sebab kita Rasululloh menangis sedih dalam kuburnya, berarti kita telah membuat ALLOH murka dan marah kepada kita".
"Amalan yang paling hebat dari segala amalan adalah sholawat yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Banyak orang mencari dan bertanya-tanya apakah sholawat itu. Sholawat yang tidak berhuruf dan tidak bersuara ialah mutaba'ah dengan Rasulullph SAW (mengikuti dan mengamalkan sunnahnya Rasululloh SAW) yg dzohir maupun yg batin, sambil mengingat bahwa ini pekerjaan Rasululloh SAW, karena tersembunyi hingga malaikat tidak sanggup mencatat amalnya dan hanya ALLOH yang tahu kadar balasan pahalanya"
"Terkumpul kebahagiaan, kemuliaan, dan seluruh kebaikan itu dalam muta'baah (mengikuti) lahir batin dengan Rasululloh Saw"
"Sekecil atau seringan apapun sunnah Nabi di situ ada sirr (rahasia, hikmah) di dalamnya"
"Pangkat/maqom wali itu sekedar mutaba'ahnya, semakin sempurna mutaba'ahnya, semakin tinggi pangkat kewaliannya"
آللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
Allahumma berkat Rasululloh... berkat wali-waliyullah... berkat guru-guru kami ya ALLOH...Mudah-mudahan kita semua... bapak ibu kami... dzurriyat kami... keluarga kami... tetangga kami... dan orang-orang yang cinta kepada kami ya ALLOH...
mendapat keampunan segala dosa dan kesalahan lahir batin seumur hidup...mendapat rahmat yang luas...selamat dunia akhirat... mati beriman sempurna... segala hajat qobul...terkumpul dalam surga bighoiri hisab... amin amin amin...
...
#alfatihah
Wednesday, February 27, 2019
KALAM GURU MULIA, KH. MUHAMMAD ZAINI BIN ABDUL GHANI (Abah Guru Sekumpul)
KALAM GURU MULIA, KH. MUHAMMAD ZAINI BIN ABDUL GHANI (Abah Guru Sekumpul)
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
°HAL KEADAAN, BAGI SESEORANG YANG BERBUAT DOSA°
Abah Guru Sekumpul pernah berkata Bahwasanya diantara akibat-akibat atau hal keadaan bagi orang yang berbuat dosa
diantaranya :
1. Hatinya gelap dan wajahnyapun gelap.Tidak ada cahaya.Sekalipun wajahnya gembira tapi hatinya sedih.Dia bahkan tidak merasa hatinya sedih.Dan hal keadaannya dia tidak memikirkan orang lain.Yang dia pikirkan hanya diri pribadinya sendiri.
2. Dia menyakiti dirinya sendiri. Dia tidak sadar bahwa dia menyakiti hatinya sendiri.Dan tidak ada ketenangan didalam hidupnya.
3. Anggota tubuhnya cepat lemas walaupun dia tidak bekerja sekalipun atau berdiam diri,maka seluruh tubuhnya cepat lemas/lemah/capek. Sehingga dia suka bermalas-malasan.
4. Rezekinya dikurangi ALLOH. Dia sulit mendapatkan Rezeki disebabkan terhijab dari dia mengerjakan dosa.
5. Manusia banyak yang marah dan dendam dengan dia, sehingga dia banyak tidak disukai orang. Banyak yang membencinya.
6. Hatinya keras sehingga dia sulit diberi Nasehat. Hanya ALLOH yang bisa membolak-balikkan hatinya.
7. Datangnya segala penyakit hati didalam dirinya. Seperti Riya', Sum'ah, Ujub, Takabbur, dan lainnya.
8. Sulit memahami akan suatu pelajaran. (Lambat faham). Hafalan sedikit demi sedikit menjadi hilang.
9. Hatinya selalu gelisah akan segala hal.
Seperti dia gelisah ketika Sholat. Kalau dia menuntut ilmu, hal keadaannya dia duduk itu tidak tahan lama. Dia gelisah dalam menuntut ilmu. Dia gelisah ketika bertemu seseorang. Merasa takut sama orang.
10. Segala urusannnya dipersulit ALLOH ta'ala.
11. Apabila dia mengerjakan suatu dosa, maka dia akan mengerjakan dosa yang kain lagi. Sampai seterusnya.
12. Apabila dia mengerjakan dosa hal keadaannya dia tinggal disuatu kampung, maka orang lain yang sekampung dengan dia ikut terkena bala dan musibah.
13. Umurnya dikurangi ALLOH ta'ala dan keberkahan umurnya dicabut oleh ALLOH ta'ala.
14. Aibnya terbuka dengan sendirinya.
15. Malaikat rahmat tidak mau masuk kedalam rumahnya. Artinya tidak ada keberkahan didalam rumahnya itu. Serasa panas dan tidak betah didalam rumah. Karena yang mengisi rumahnya itu adalah syaithon.
16. ALLOH ta'ala mencabut keberkahan dalam hidupnya sesaat dia mengerjakan dosa.
Dan kata Abah Guru Sekumpul "dosa-dosa kita dari dahulu hingga sekarang sangat amat banyak bahkan tidak terhitung banyaknya". Untuk itu satu-satunya jalan supaya diampuni dosa adalah dengan berdo'a.
Dan cintailah ulama dan orang-orang sholeh. Karena ulama dan orang-orang sholeh itu tinggi derajatnya disisi ALLOH. Mereka dekat dengan ALLOH.
Dengan berkat ulama dan orang-orang
sholeh, Mudah- mudahan dosa kita semuanya diampuni.
"Sebagaimana Qosidah Abu Nawas yaitu Abu Nawas merasa tidak pantas masuk surga karena banyak dosa. Dan tidak sanggup masuk Neraka.Cukup ampuni segala dosa dan Engkau Ridhoi aku kata Abu Nawas."
Mudah-mudahan berkat Rasululloh SAW, berkat Syaikh Samman AlMadani, berkat Datu Kalampayan(Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari), berkat Abah Guru Sekumpul (Syaikhona KH.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari) dan berkat orang-orang sholeh. Mudah-mudahan kita semua diampuni ALLOH segala dosa dan Kesalahan Dzohir Bathin seumur hidup, qobul segala hajat, selamat dunia akhirat, husnul Khotimah, masuk surga Bighoiri hisaab.
امين امين امين يا رب العالمين
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
°HAL KEADAAN, BAGI SESEORANG YANG BERBUAT DOSA°
Abah Guru Sekumpul pernah berkata Bahwasanya diantara akibat-akibat atau hal keadaan bagi orang yang berbuat dosa
diantaranya :
1. Hatinya gelap dan wajahnyapun gelap.Tidak ada cahaya.Sekalipun wajahnya gembira tapi hatinya sedih.Dia bahkan tidak merasa hatinya sedih.Dan hal keadaannya dia tidak memikirkan orang lain.Yang dia pikirkan hanya diri pribadinya sendiri.
2. Dia menyakiti dirinya sendiri. Dia tidak sadar bahwa dia menyakiti hatinya sendiri.Dan tidak ada ketenangan didalam hidupnya.
3. Anggota tubuhnya cepat lemas walaupun dia tidak bekerja sekalipun atau berdiam diri,maka seluruh tubuhnya cepat lemas/lemah/capek. Sehingga dia suka bermalas-malasan.
4. Rezekinya dikurangi ALLOH. Dia sulit mendapatkan Rezeki disebabkan terhijab dari dia mengerjakan dosa.
5. Manusia banyak yang marah dan dendam dengan dia, sehingga dia banyak tidak disukai orang. Banyak yang membencinya.
6. Hatinya keras sehingga dia sulit diberi Nasehat. Hanya ALLOH yang bisa membolak-balikkan hatinya.
7. Datangnya segala penyakit hati didalam dirinya. Seperti Riya', Sum'ah, Ujub, Takabbur, dan lainnya.
8. Sulit memahami akan suatu pelajaran. (Lambat faham). Hafalan sedikit demi sedikit menjadi hilang.
9. Hatinya selalu gelisah akan segala hal.
Seperti dia gelisah ketika Sholat. Kalau dia menuntut ilmu, hal keadaannya dia duduk itu tidak tahan lama. Dia gelisah dalam menuntut ilmu. Dia gelisah ketika bertemu seseorang. Merasa takut sama orang.
10. Segala urusannnya dipersulit ALLOH ta'ala.
11. Apabila dia mengerjakan suatu dosa, maka dia akan mengerjakan dosa yang kain lagi. Sampai seterusnya.
12. Apabila dia mengerjakan dosa hal keadaannya dia tinggal disuatu kampung, maka orang lain yang sekampung dengan dia ikut terkena bala dan musibah.
13. Umurnya dikurangi ALLOH ta'ala dan keberkahan umurnya dicabut oleh ALLOH ta'ala.
14. Aibnya terbuka dengan sendirinya.
15. Malaikat rahmat tidak mau masuk kedalam rumahnya. Artinya tidak ada keberkahan didalam rumahnya itu. Serasa panas dan tidak betah didalam rumah. Karena yang mengisi rumahnya itu adalah syaithon.
16. ALLOH ta'ala mencabut keberkahan dalam hidupnya sesaat dia mengerjakan dosa.
Dan kata Abah Guru Sekumpul "dosa-dosa kita dari dahulu hingga sekarang sangat amat banyak bahkan tidak terhitung banyaknya". Untuk itu satu-satunya jalan supaya diampuni dosa adalah dengan berdo'a.
Dan cintailah ulama dan orang-orang sholeh. Karena ulama dan orang-orang sholeh itu tinggi derajatnya disisi ALLOH. Mereka dekat dengan ALLOH.
Dengan berkat ulama dan orang-orang
sholeh, Mudah- mudahan dosa kita semuanya diampuni.
"Sebagaimana Qosidah Abu Nawas yaitu Abu Nawas merasa tidak pantas masuk surga karena banyak dosa. Dan tidak sanggup masuk Neraka.Cukup ampuni segala dosa dan Engkau Ridhoi aku kata Abu Nawas."
Mudah-mudahan berkat Rasululloh SAW, berkat Syaikh Samman AlMadani, berkat Datu Kalampayan(Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari), berkat Abah Guru Sekumpul (Syaikhona KH.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari) dan berkat orang-orang sholeh. Mudah-mudahan kita semua diampuni ALLOH segala dosa dan Kesalahan Dzohir Bathin seumur hidup, qobul segala hajat, selamat dunia akhirat, husnul Khotimah, masuk surga Bighoiri hisaab.
امين امين امين يا رب العالمين
Tuesday, February 26, 2019
Bentuk Husnudzan___Habib Luthfi Bin Yahya.
Al-Habib Luthfi bin Yahya :
-- Bentuk Husnudzan --
Yang disebut husnudzan itu menurut Syeikh Akbar Ibn 'Arabi manakala engkau bersama temanmu dan melihatnya bermaksiat, lalu kalian berjalan beriringan dan kalian terpisah oleh sebuah pohon, pada saat kalian bertemu kembali (setelah beberapa detik berpisah) engkau berbaik sangka (husnudzan) bahwa temanmu itu menjadi kekasih Allah (Waliy).
Sebab pada saat ia terhalang pohon darimu, mungkin ia taubat nasuha lalu Allah menerima taubatnya dan memberinya 'bonus kewalian'. Sebab Allah memberi bonus kepada orang-orang yang taubat Nasuha,wujud bonus itu, mulai lezat beribadah hingga anugrah kewalian.
Wallahu'alam
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim
Monday, February 25, 2019
4 KEMULIAAN KEPADA UMAT NABI MUHAMMAD SAW YANG TIDAK DIBERIKAN KEPADA NABI ADAM AS
4 KEMULIAAN KEPADA UMAT NABI MUHAMMAD SAW YANG TIDAK DIBERIKAN KEPADA NABI ADAM AS : >>>
==============================
Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS telah berkata, “Allah memberikan empat macam kemuliaan kepada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak Allah berikan kepadaku, yaitu:
1. Allah menerima taubatku di Makkah, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW diterima taubatnya—dimana pun ia berada.
2. Ketika aku melakukan dosa, Allah menghilangkan pakaianku seketika, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW tetap diberi pakaian meskipun durhaka pada Allah.
3. Ketika aku berbuat dosa, Allah pisahkan aku dengan istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW ketika ia berbuat dosa—tidak dipisahkan oleh istrinya.
4. Aku berbuat dosa di surga, lalu Allah mengusirku dari surga ke dunia, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW yang berbuat dosa di luar surga, lalu Allah memasukkan mereka ke surga bila mereka mau bertaubat.
Itulah empat keutamaan umat Nabi Muhammad SAW yang manusia pertama saja tidak mendapatkannya. Marilah bersama perbaiki diri agar kita layak mendapatkan nikmat Allah. Wallahu a’lam.
#GalleryPecintaMajelis
#RiyadhiMachmud
==============================
Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS telah berkata, “Allah memberikan empat macam kemuliaan kepada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak Allah berikan kepadaku, yaitu:
1. Allah menerima taubatku di Makkah, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW diterima taubatnya—dimana pun ia berada.
2. Ketika aku melakukan dosa, Allah menghilangkan pakaianku seketika, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW tetap diberi pakaian meskipun durhaka pada Allah.
3. Ketika aku berbuat dosa, Allah pisahkan aku dengan istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW ketika ia berbuat dosa—tidak dipisahkan oleh istrinya.
4. Aku berbuat dosa di surga, lalu Allah mengusirku dari surga ke dunia, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW yang berbuat dosa di luar surga, lalu Allah memasukkan mereka ke surga bila mereka mau bertaubat.
Itulah empat keutamaan umat Nabi Muhammad SAW yang manusia pertama saja tidak mendapatkannya. Marilah bersama perbaiki diri agar kita layak mendapatkan nikmat Allah. Wallahu a’lam.
#GalleryPecintaMajelis
#RiyadhiMachmud
Sunday, February 24, 2019
Pro Kontra Munajat 212 NENO WARISMAN
Pro Kontra Munajat 212 NENO WARISMAN.
Ini doa Rasulullah yang coba ditirukan oleh Neno kemarin. Do'a ini dibaca ketika perang Badar melawan kafir Quraisy.
Cerita perang Badar sendiri penuh liku-liku dan dinamika, termasuk perang untuk kali pertamanya yang melibatkan kaum Anshar. Warga asli Madinah. Begitu kata sebagian sejarah. Sebenarnya mau tracking ke Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam atau Zadul Ma'ad-nya Ibnul Qayyim. Tapi belum sempat, masih sibuk ngopi.
Fix, ini do'a menjelaskan perang habis-habisan yang tak seimbang. Antara kafir Quraisy yang siap perang dengan senjata dan kaum Madinah (Anshar-Muhajirin) yang cuma berniat mencegat kafilah dagang Mekah. Dengan harapan harta kaum Muhajirin yang dulu sempat dirampas kaum kafir Quraisy dapat ditebus.
Nah, kalau doa ini dipakai untuk konteks sekarang. Itu sama saja menyamakan pilpres dengan perang Badar (ini sudah pernah dikatakan AR). Termasuk juga menganggap pendukung capres lain sepadan atau sama dengan kafir Quraisy.
Ini nih menariknya, ternyata yang suka begitu sejak dulu adalah khawarij, kaum ekstremis Islam yang gemar mengkafirkan dan menghalalkan darah muslim lain yang tak sepaham dalam politik. Mereka ini pernah bikin Ibnu Abbas heran campur bingung, lha wong kalau malam mereka ini tidak tidur, malah selalu qiyamullail. Sedangkan kalau siang selalu mendengung bak lebah untuk membaca Al Qur'an. Rerata mereka adalah penghafal Al Qur'an. Ibnu Abbas heran, bagaimana orang seperti mereka bisa beringas ketika bertemu sesama muslim?. Mudah membunuh, mengkafirkan bahkan melakukan tindakan-tindakan keji, tak berperikemanusiaan. Bagi Ibnu Abbas "Sang Mufassir" yang qualified dan menjadi rujukan ini, kelakuan seperti itu sangat mengherankan dan bukan sebuah cermin dari Al Qur'an yang mereka baca.
Eh tapi wes-lah pilih siapa monggo, tapi ora usah ndungo ngunu. Kok koyok wedi ngunu, ora tawakal blas, ora husnuddhon blas karo pengeran. Lagian iki dudu perang, iki jenang, eh pilpres jeh.😀😀😁😂
-- Murozzatul Filayati
Ini doa Rasulullah yang coba ditirukan oleh Neno kemarin. Do'a ini dibaca ketika perang Badar melawan kafir Quraisy.
Cerita perang Badar sendiri penuh liku-liku dan dinamika, termasuk perang untuk kali pertamanya yang melibatkan kaum Anshar. Warga asli Madinah. Begitu kata sebagian sejarah. Sebenarnya mau tracking ke Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam atau Zadul Ma'ad-nya Ibnul Qayyim. Tapi belum sempat, masih sibuk ngopi.
Fix, ini do'a menjelaskan perang habis-habisan yang tak seimbang. Antara kafir Quraisy yang siap perang dengan senjata dan kaum Madinah (Anshar-Muhajirin) yang cuma berniat mencegat kafilah dagang Mekah. Dengan harapan harta kaum Muhajirin yang dulu sempat dirampas kaum kafir Quraisy dapat ditebus.
Nah, kalau doa ini dipakai untuk konteks sekarang. Itu sama saja menyamakan pilpres dengan perang Badar (ini sudah pernah dikatakan AR). Termasuk juga menganggap pendukung capres lain sepadan atau sama dengan kafir Quraisy.
Ini nih menariknya, ternyata yang suka begitu sejak dulu adalah khawarij, kaum ekstremis Islam yang gemar mengkafirkan dan menghalalkan darah muslim lain yang tak sepaham dalam politik. Mereka ini pernah bikin Ibnu Abbas heran campur bingung, lha wong kalau malam mereka ini tidak tidur, malah selalu qiyamullail. Sedangkan kalau siang selalu mendengung bak lebah untuk membaca Al Qur'an. Rerata mereka adalah penghafal Al Qur'an. Ibnu Abbas heran, bagaimana orang seperti mereka bisa beringas ketika bertemu sesama muslim?. Mudah membunuh, mengkafirkan bahkan melakukan tindakan-tindakan keji, tak berperikemanusiaan. Bagi Ibnu Abbas "Sang Mufassir" yang qualified dan menjadi rujukan ini, kelakuan seperti itu sangat mengherankan dan bukan sebuah cermin dari Al Qur'an yang mereka baca.
Eh tapi wes-lah pilih siapa monggo, tapi ora usah ndungo ngunu. Kok koyok wedi ngunu, ora tawakal blas, ora husnuddhon blas karo pengeran. Lagian iki dudu perang, iki jenang, eh pilpres jeh.😀😀😁😂
-- Murozzatul Filayati
Saturday, February 23, 2019
Kiai Hamid Pasuruan Menangis Karena Malu Kelebihannya Diketahui
Kiai Hamid Pasuruan Menangis Karena Malu Kelebihannya Diketahui
Suatu ketika, Mbah Hamid memondokkan putranya (Gus Nu'man) di Pesantren Darul Hadis Malang yang diasuh oleh ulama besar pakar Hadis Prof. Dr. Habib Abdulloh Bilfaqih.
Namanya juga anak muda, pasti ada nakalnya. Begitu juga dengan Nu'man, Nampaknya kenakalannya terdengar sampai ke telinga Habib. Lalu Nu'man dipanggil oleh sang pengasuh. Dia diberi pengarahan dan nasehat-nasehat agar tidak nakal lagi. Ia dinasehati, tapi tidak sampai di ta'zir.
Satu dua kali, dia dipanggil, namun tetap saja belum ada perubahan. Akhirnya untuk yang ketiga kali panggilan, dia dihukum langsung oleh pengasuh. Nu'man dipukul berkali-kali dengan penjalin (bambu kuning yang masih muda).
Hingga pada suatu malam al Habib Abdullah ditegur abahnya, Al Qutb al Habib Abdul Qodir Bilfaqih, lewat sebuah mimpi. Abahnya berkata, "nak koen ndak wero tah, ana'e sopo seng koen tandangi iku? Iku putrone Kiai Hamid, kyai seng dadi wali abdal, opo koen gak wedi kualat/ Nak, kamu tidak tahu, anak siapa yang kamu pukuli itu? Itu adalah anak Kiai Hamid, kiai yang menjadi wali abdal, apa kamu tidak takut kualat?".
Beberapa hari kemudian, Habib Abdullah juga mimpi bertemu Kiai Hamid sedang menuju pintu surga, dan sang Habib tersebut berusaha menggapai kiai Hamid, tapi tidak bisa. Mimpi yang sama terulang beberapa hari.
Setelah mendapat teguran dari sang ayahanda, dan bermimpi bertemu Kiai Hamid, beliau merasa sangat bersalah kepada Kiai Hamid. Lalu beliau mendatangi kediaman Kiai Hamid untuk meminta maaf atas perilakunya terhadap sang anak, Gus Nukman.
Kebetulan waktu itu bertepatan hari Ahad, dimana pengajian umum rutinan di ndalem Kiai Hamid sedang diadakan. Begitu Kiai Hamid melihat kedatangan Al Habib, beliau menyongsong dan mempersilakan Habib Abdullah untuk memimpin pengajian rutin tersebut.
Tak dinyana, dalam pengajiannya, Sang Habib justru menceritakan apa yang beliau perbuat kepada Gus Nu'man dan mimpi-mimpinya itu kepada para jamaah pengajian yang jumlahnya puluhan ribu.
Mendengar apa yang dituturkan oleh Sang Habib, tanpa terasa air mata Mbah Hamid mengalir deras, Menurut sumber, Kiai Hamid tidak pernah menangis sampai parah seperti itu sebelumnya. Beliau malu kalau kelebihannya diceritakan di muka umum. Ya Allah kariim.
Suatu ketika, Mbah Hamid memondokkan putranya (Gus Nu'man) di Pesantren Darul Hadis Malang yang diasuh oleh ulama besar pakar Hadis Prof. Dr. Habib Abdulloh Bilfaqih.
Namanya juga anak muda, pasti ada nakalnya. Begitu juga dengan Nu'man, Nampaknya kenakalannya terdengar sampai ke telinga Habib. Lalu Nu'man dipanggil oleh sang pengasuh. Dia diberi pengarahan dan nasehat-nasehat agar tidak nakal lagi. Ia dinasehati, tapi tidak sampai di ta'zir.
Satu dua kali, dia dipanggil, namun tetap saja belum ada perubahan. Akhirnya untuk yang ketiga kali panggilan, dia dihukum langsung oleh pengasuh. Nu'man dipukul berkali-kali dengan penjalin (bambu kuning yang masih muda).
Hingga pada suatu malam al Habib Abdullah ditegur abahnya, Al Qutb al Habib Abdul Qodir Bilfaqih, lewat sebuah mimpi. Abahnya berkata, "nak koen ndak wero tah, ana'e sopo seng koen tandangi iku? Iku putrone Kiai Hamid, kyai seng dadi wali abdal, opo koen gak wedi kualat/ Nak, kamu tidak tahu, anak siapa yang kamu pukuli itu? Itu adalah anak Kiai Hamid, kiai yang menjadi wali abdal, apa kamu tidak takut kualat?".
Beberapa hari kemudian, Habib Abdullah juga mimpi bertemu Kiai Hamid sedang menuju pintu surga, dan sang Habib tersebut berusaha menggapai kiai Hamid, tapi tidak bisa. Mimpi yang sama terulang beberapa hari.
Setelah mendapat teguran dari sang ayahanda, dan bermimpi bertemu Kiai Hamid, beliau merasa sangat bersalah kepada Kiai Hamid. Lalu beliau mendatangi kediaman Kiai Hamid untuk meminta maaf atas perilakunya terhadap sang anak, Gus Nukman.
Kebetulan waktu itu bertepatan hari Ahad, dimana pengajian umum rutinan di ndalem Kiai Hamid sedang diadakan. Begitu Kiai Hamid melihat kedatangan Al Habib, beliau menyongsong dan mempersilakan Habib Abdullah untuk memimpin pengajian rutin tersebut.
Tak dinyana, dalam pengajiannya, Sang Habib justru menceritakan apa yang beliau perbuat kepada Gus Nu'man dan mimpi-mimpinya itu kepada para jamaah pengajian yang jumlahnya puluhan ribu.
Mendengar apa yang dituturkan oleh Sang Habib, tanpa terasa air mata Mbah Hamid mengalir deras, Menurut sumber, Kiai Hamid tidak pernah menangis sampai parah seperti itu sebelumnya. Beliau malu kalau kelebihannya diceritakan di muka umum. Ya Allah kariim.
Friday, February 22, 2019
Keistimewaan KH.ADLAN ALY
Kisah KH. Adlan Aly, Ketika Baca Fathul Qorib Bab Istisqa' Selalu Turun Hujan
- Berawal dari sebuah pesantren di daerah Maskumambang, Gresik. Adlan kecil mulai menempa pendidikan agama. Pesantren Maskumambang merupakan tanah kelahirannya dan disini pula Adlan memperoleh ilmu agama dibawah asuhan pamannya KH Faqih Abdul Jabbar yang merupakan putra dari KH Abdul Djabbar (Pendiri Pesantren Maskumambang).
Kesungguhanya dalam belajar agama membawa Adlan kecil melanjutkan rihlah Ilmiahnya kepada KH Munawwar, Kauman, Gresik untuk menghafal Al-Qur’an saat berumur 14 tahun. Merasa haus dengan samudra ilmu ia melanjutkan tabarukkan kepada KH Muhammad Said bin Ismail di tanah Madura dan memperoleh sanad Al-Qur’an yang muttasil dengan baginda Rosul. Hingga akhirnya berguru langsung kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asyari di pesantren Tebuireng.
Saat menjadi santri di Tebuireng, Yai Delan (panggilan KH M Adlan Aly) menjadi kepercayaan dan santri kesayangan Yai Hasyim Asyari. Pasalnya beliau adalah Hafidz Al-Qu’ran dan alim. Tak jarang Yai Hasyim sering meminta pendapat kepada beliau bilamana ada permasalahan seputar fiqh. Beliau sering diminta menjadi imam mengantikan Yai Hasyim saat berhalangan hadir. Khususnya saat Ramadhan, menjadi imam shalat tarawih di masjid Tebuireng.
Saat Ramadan tiba, bersama KH. Sansuri Badawi yang mengajar Shahih Bukhari, KH. Adlan Aly mengajar kitab Fathul Qarib di beranda masjid Pesantren Tebuireng. Sudah puluhan tahun beliau istiqamah mengajar kitab ini saban bulan puasa. Banyak di antara santri yang sudah puluhan kali khatam kitab ini di bawah pengajaran Mbah Delan. Toh mereka tetap ikut ngaji. Tabarrukan.
Ada salah satu keistimewaan di kala Mbah Delan mbalah kitab ini. Saat pengajaran sampai pada bab istisqa', maka pada saat itu pula langit akan tertutup mendung, walaupun sebelumnya suasana cerah. Dan, manakala Mbah Delan membaca doa istisqa' atau ketika beliau mempraktekkan cara memindahkan surban, seketika itu pasti turun hujan. Kejadian ini biasanya berulang saban tahun, ketika beliau pas sampai pada bab istisqa'.
- Berawal dari sebuah pesantren di daerah Maskumambang, Gresik. Adlan kecil mulai menempa pendidikan agama. Pesantren Maskumambang merupakan tanah kelahirannya dan disini pula Adlan memperoleh ilmu agama dibawah asuhan pamannya KH Faqih Abdul Jabbar yang merupakan putra dari KH Abdul Djabbar (Pendiri Pesantren Maskumambang).
Kesungguhanya dalam belajar agama membawa Adlan kecil melanjutkan rihlah Ilmiahnya kepada KH Munawwar, Kauman, Gresik untuk menghafal Al-Qur’an saat berumur 14 tahun. Merasa haus dengan samudra ilmu ia melanjutkan tabarukkan kepada KH Muhammad Said bin Ismail di tanah Madura dan memperoleh sanad Al-Qur’an yang muttasil dengan baginda Rosul. Hingga akhirnya berguru langsung kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asyari di pesantren Tebuireng.
Saat menjadi santri di Tebuireng, Yai Delan (panggilan KH M Adlan Aly) menjadi kepercayaan dan santri kesayangan Yai Hasyim Asyari. Pasalnya beliau adalah Hafidz Al-Qu’ran dan alim. Tak jarang Yai Hasyim sering meminta pendapat kepada beliau bilamana ada permasalahan seputar fiqh. Beliau sering diminta menjadi imam mengantikan Yai Hasyim saat berhalangan hadir. Khususnya saat Ramadhan, menjadi imam shalat tarawih di masjid Tebuireng.
Saat Ramadan tiba, bersama KH. Sansuri Badawi yang mengajar Shahih Bukhari, KH. Adlan Aly mengajar kitab Fathul Qarib di beranda masjid Pesantren Tebuireng. Sudah puluhan tahun beliau istiqamah mengajar kitab ini saban bulan puasa. Banyak di antara santri yang sudah puluhan kali khatam kitab ini di bawah pengajaran Mbah Delan. Toh mereka tetap ikut ngaji. Tabarrukan.
Ada salah satu keistimewaan di kala Mbah Delan mbalah kitab ini. Saat pengajaran sampai pada bab istisqa', maka pada saat itu pula langit akan tertutup mendung, walaupun sebelumnya suasana cerah. Dan, manakala Mbah Delan membaca doa istisqa' atau ketika beliau mempraktekkan cara memindahkan surban, seketika itu pasti turun hujan. Kejadian ini biasanya berulang saban tahun, ketika beliau pas sampai pada bab istisqa'.
Thursday, February 21, 2019
33 TAHUN "HANYA" DAPAT 8 HAL
33 TAHUN "HANYA" DAPAT 8 HAL
Suatu hari, Imam Syaqiq Al Balkhi bertanya kepada muridnya yang bernama
Hatim Al Ashom :
Imam syaqiq : "Sudah berapa lama engkau menuntut ilmu dariku?".
"Sudah 33 tahun", jawab Hatim.
"Apa yang telah kau pelajari, selama 33 th ini?", tanya Imam Syaqiq.
"Hanya 8 hal ", jawab Hatim.
" Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun !
Kuhabiskan umurku untuk mendidikmu,
namun kau hanya mempelajari 8 hal dariku?", Ucap Imam Syaqiq heran.
"Benar Yaa Syeikh, aku hanya mempelajari 8 hal saja,
aku tidak mau mendustai anda", jawab Hatim.
"Coba sebutkan 8 hal yang telah kau pelajari itu ! ". Minta Imam Syaqiq.
Hatim Al Ashom pun berkata :
Pertama :
"Kulihat setiap manusia memiliki seorang kekasih.
Ketika dia mati, kekasihnya ikut mengantarkannya hingga ke kuburan, lalu meninggalkannya sendirian di sana.
Maka,
Aku lebih memilih amal kebajikan sebagai kekasihku,
Sehingga ketika nanti Aku masuk liang kubur, amalku akan ikut bersamaku".
Kedua :
"Aku merenungkan Wahyu Alloh SWT :
"Dan Adapun orang2 yang takut kepada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surga lah yang akan menjadi tempat tinggalnya".
(QS. An Naazi'aat,79:40-41).
Aku sadar,
Bahwa Firman Alloh pasti lah benar,
Maka Aku pun berjuang untuk melawan keinginan nafsuku, hingga nafsuku tunduk kepada Alloh SWT ".
Ketiga :
"Ku perhatikan manusia selalu memulyakan & menyimpan harta benda berharga yang mereka miliki, lalu Kupelajari Firman Alloh swt :
"Apa yang ada disisimu akan lenyap, & apa yang ada disisi Alloh akan kekal". (QS. An Nahl,16:96).
Maka setiap kali Aku memperoleh sesuatu yg berharga,
Aku pun menyedekahkannya dijalan Alloh swt, agar hartaku selalu tetap terjaga di sisi-Nya".
Keempat :
"Aku melihat setiap manusia mengejar harta, kedudukan, kehormatan dan kemulyaan nasab.
Namun setelah aku mempelajarinya, ternyata semua itu tidak ada apa2nya, saat Aku membaca Wahyu Alloh swt :
"Sesungguhnya, orang yg paling mulia disisi Alloh, adalah orang yg paling bertaqwa (kepada Alloh) di antara kalian".
(QS. Al Hujuroot,49:13).
Karena itulah,
Aku pun beramal utk mewujudkan Taqwa, agar Aku memperoleh kedudukan yang Mulia di sisi Alloh SWT.
Kelima :
"Aku melihat manusia saling mencela & melaknat, dan sumber semua itu adalah hasad (kedengkian). Lalu aku mempelajari Wahyu Alloh SWT :
"Kami telah membagikan utk penghidupan mereka di alam dunia".
(QS. Az Zukhruf,43:32).
Akupun sadar,
Bahwa semuanya telah dibagi oleh Alloh swt.
Maka aku tinggalkan sifat Hasad (dengki), kujauhi manusia, & aku tidak bermusuhan dengan seorang pun".
Keenam :
"Kulihat manusia saling menganiaya & saling membunuh, padahal Alloh SWT berfirman :
"Sesungguhnya syeitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu)".
(QS. Al Fathir,35:6).
Oleh sebab itu,
Kutinggalkan permusuhan dengan manusia & Kujadikan Syeitan sebagai satu2nya musuhku.
Aku selalu mewaspadainya dengan sekuat tenaga, sebab Alloh swt sendiri yg telah menjadikan Syeitan sebagai musuhku".
Ketujuh :
"Aku melihat setiap orang hanya demi sepotong roti (harta), mereka rela menghinakan diri mereka sendiri dengan melakukan hal2 yg diharamkan oleh Alloh swt. Lalu kuperhatikan Firman Alloh SWT :
"Dan tiada satupun binatang melata dibumi, melainkan Alloh telah menanggung rezeki nya".
(QS. Hud,11:6).
Aku sadar,
Bahwa diriku adalah salah satu dari yang melata itu, dan Alloh swt telah menjamin Rezeki ku.
Oleh karena itu, kusibukkan diriku untuk menunaikan kewajiban yang telah di berikan oleh Alloh swt dan aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah dijamin oleh Alloh swt untukku".
Kedelapan :
"Aku melihat semua org bergantung kepada Makhluq Alloh swt.
Ada yg bergantung kepada ladangnya,
bergantung kepada perniagaannya,
bergantung kepada pekerjaannya, dan
bergantung kepada kesehatan jasmaninya.
Akupun kembali kepada Firman Alloh :
"Dan barang siapa yg bertawakkal kepada Alloh, maka Alloh akan mencukupkan (segala keperluan) nya".
(QS. Ath Tholaaq,65:3).
Oleh karena itulah,
Aku pun bertawakkal (bergantung) kepada Alloh swt yang Maha Perkasa dan Maha Agung, dan Alloh swt pun mencukupi semua kebutuhanku".
Mendengar jawaban dari Hatim Al Ashom,
Imam Syaqiq Al Balkhi berkata :
"Wahai Hatim, semoga Alloh memberimu Taufiq.
Aku telah mempelajari Zabur, Taurot, Injil dan Al Qur'an.
Dan kutemukan bahwa semua jenis kebaikan dan ajaran Agama, berkisar pada 8 hal yang tadi telah kau sampaikan.
Barang siapa mengamalkan 8 hal tersebut.
Maka berarti, dia telah mengamalkan isi dari 4 kitab suci".
LALU........
- Berapa lama kita menuntut ilmu?
- Apa yang kita dapatkan?
- Adakah pelajaran penting yang meresap kedalam hati kita dan selalu kita amalkan?
- Atau semua itu hanya sekedar penghibur telinga kita?
Semoga Alloh SWT, memberi kita Hidayah,
Sehingga kita dapat mengamalkan apa yang kita dengar, kita lihat dan kita baca.......
#GalleryPecintaMajelis.
Suatu hari, Imam Syaqiq Al Balkhi bertanya kepada muridnya yang bernama
Hatim Al Ashom :
Imam syaqiq : "Sudah berapa lama engkau menuntut ilmu dariku?".
"Sudah 33 tahun", jawab Hatim.
"Apa yang telah kau pelajari, selama 33 th ini?", tanya Imam Syaqiq.
"Hanya 8 hal ", jawab Hatim.
" Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun !
Kuhabiskan umurku untuk mendidikmu,
namun kau hanya mempelajari 8 hal dariku?", Ucap Imam Syaqiq heran.
"Benar Yaa Syeikh, aku hanya mempelajari 8 hal saja,
aku tidak mau mendustai anda", jawab Hatim.
"Coba sebutkan 8 hal yang telah kau pelajari itu ! ". Minta Imam Syaqiq.
Hatim Al Ashom pun berkata :
Pertama :
"Kulihat setiap manusia memiliki seorang kekasih.
Ketika dia mati, kekasihnya ikut mengantarkannya hingga ke kuburan, lalu meninggalkannya sendirian di sana.
Maka,
Aku lebih memilih amal kebajikan sebagai kekasihku,
Sehingga ketika nanti Aku masuk liang kubur, amalku akan ikut bersamaku".
Kedua :
"Aku merenungkan Wahyu Alloh SWT :
"Dan Adapun orang2 yang takut kepada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surga lah yang akan menjadi tempat tinggalnya".
(QS. An Naazi'aat,79:40-41).
Aku sadar,
Bahwa Firman Alloh pasti lah benar,
Maka Aku pun berjuang untuk melawan keinginan nafsuku, hingga nafsuku tunduk kepada Alloh SWT ".
Ketiga :
"Ku perhatikan manusia selalu memulyakan & menyimpan harta benda berharga yang mereka miliki, lalu Kupelajari Firman Alloh swt :
"Apa yang ada disisimu akan lenyap, & apa yang ada disisi Alloh akan kekal". (QS. An Nahl,16:96).
Maka setiap kali Aku memperoleh sesuatu yg berharga,
Aku pun menyedekahkannya dijalan Alloh swt, agar hartaku selalu tetap terjaga di sisi-Nya".
Keempat :
"Aku melihat setiap manusia mengejar harta, kedudukan, kehormatan dan kemulyaan nasab.
Namun setelah aku mempelajarinya, ternyata semua itu tidak ada apa2nya, saat Aku membaca Wahyu Alloh swt :
"Sesungguhnya, orang yg paling mulia disisi Alloh, adalah orang yg paling bertaqwa (kepada Alloh) di antara kalian".
(QS. Al Hujuroot,49:13).
Karena itulah,
Aku pun beramal utk mewujudkan Taqwa, agar Aku memperoleh kedudukan yang Mulia di sisi Alloh SWT.
Kelima :
"Aku melihat manusia saling mencela & melaknat, dan sumber semua itu adalah hasad (kedengkian). Lalu aku mempelajari Wahyu Alloh SWT :
"Kami telah membagikan utk penghidupan mereka di alam dunia".
(QS. Az Zukhruf,43:32).
Akupun sadar,
Bahwa semuanya telah dibagi oleh Alloh swt.
Maka aku tinggalkan sifat Hasad (dengki), kujauhi manusia, & aku tidak bermusuhan dengan seorang pun".
Keenam :
"Kulihat manusia saling menganiaya & saling membunuh, padahal Alloh SWT berfirman :
"Sesungguhnya syeitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu)".
(QS. Al Fathir,35:6).
Oleh sebab itu,
Kutinggalkan permusuhan dengan manusia & Kujadikan Syeitan sebagai satu2nya musuhku.
Aku selalu mewaspadainya dengan sekuat tenaga, sebab Alloh swt sendiri yg telah menjadikan Syeitan sebagai musuhku".
Ketujuh :
"Aku melihat setiap orang hanya demi sepotong roti (harta), mereka rela menghinakan diri mereka sendiri dengan melakukan hal2 yg diharamkan oleh Alloh swt. Lalu kuperhatikan Firman Alloh SWT :
"Dan tiada satupun binatang melata dibumi, melainkan Alloh telah menanggung rezeki nya".
(QS. Hud,11:6).
Aku sadar,
Bahwa diriku adalah salah satu dari yang melata itu, dan Alloh swt telah menjamin Rezeki ku.
Oleh karena itu, kusibukkan diriku untuk menunaikan kewajiban yang telah di berikan oleh Alloh swt dan aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah dijamin oleh Alloh swt untukku".
Kedelapan :
"Aku melihat semua org bergantung kepada Makhluq Alloh swt.
Ada yg bergantung kepada ladangnya,
bergantung kepada perniagaannya,
bergantung kepada pekerjaannya, dan
bergantung kepada kesehatan jasmaninya.
Akupun kembali kepada Firman Alloh :
"Dan barang siapa yg bertawakkal kepada Alloh, maka Alloh akan mencukupkan (segala keperluan) nya".
(QS. Ath Tholaaq,65:3).
Oleh karena itulah,
Aku pun bertawakkal (bergantung) kepada Alloh swt yang Maha Perkasa dan Maha Agung, dan Alloh swt pun mencukupi semua kebutuhanku".
Mendengar jawaban dari Hatim Al Ashom,
Imam Syaqiq Al Balkhi berkata :
"Wahai Hatim, semoga Alloh memberimu Taufiq.
Aku telah mempelajari Zabur, Taurot, Injil dan Al Qur'an.
Dan kutemukan bahwa semua jenis kebaikan dan ajaran Agama, berkisar pada 8 hal yang tadi telah kau sampaikan.
Barang siapa mengamalkan 8 hal tersebut.
Maka berarti, dia telah mengamalkan isi dari 4 kitab suci".
LALU........
- Berapa lama kita menuntut ilmu?
- Apa yang kita dapatkan?
- Adakah pelajaran penting yang meresap kedalam hati kita dan selalu kita amalkan?
- Atau semua itu hanya sekedar penghibur telinga kita?
Semoga Alloh SWT, memberi kita Hidayah,
Sehingga kita dapat mengamalkan apa yang kita dengar, kita lihat dan kita baca.......
#GalleryPecintaMajelis.
Kiat membersihkan hati secara maksimal
Kalau ingin membersihkan hati secara maksimal maka carilah guru yang kita bisa berinteraksi, karena guru ahli ruhani memiliki kemampuan mengetahui apa saja penyakit hati muridnya bahkan saat pertama kali bertemu.
Kalau mengkalim diri dibimbing secara ruhani lalu bim salabim hati bisa bersih maksimal, bisa ma'rifat, bisa hebat... buat apa para Aulia capek capek berguru ke luar kota atau sampai ke Yaman dan luar negri.. Bukankah lebih baik tradisi berguru itu dihilangkan saja karena tidak efisien juga boros biaya? Enakan cukup baca kitab sambil berdiam diri dikamar, lalu klaim diri dibimbing ruhaninya.
Imam Ghazali saja penasihat raja, Ulama paling alim di zamannya, pertama kali ketemu guru ruhani disuruh ngepel pakai tangan (dihinakan).
Syaikh Abu Bakar bin Salim sudah wali sejak didalam kandungan, tapi menginjak remaja beliau tetap berguru keluar kota.. Di zaman itu beliau juga punya banyak koleksi kitab minimal dikotanya ada semacam perpustakaan.
Lah kita ini apa yang mau dibanggakan sehingga merasa hebat, jadi cukup browsingan di kamar?
Bukankah kita maunya berada di jalan para Sholihin, lalu kenapa kita melakukan hal yang bertentangan atau membuat aturan sendiri?
Jadi jangan sampai tertipu, berlega hati krn omongan kita didengar dan dipuji puji orang awam, harusnya kita itu baru bisa berlega hati apabila perbuatannya dipuji, diapresiasi oleh Guru ruhaninya.
Dan saat bertemu dengan guru ruhani maka jagalah adab, karena cara belajarnya akan berbeda saat kita belajar dari kitab... karena kita kebiasaan belajar dari kitab, teks, video yang mana itu semua tidak bisa menegur kita, kita mau komentar punya kesimpulan apapun, atau melanggar adab maka bebas...
sedangkan guru ruhani PAHAM SEKALI keadaan kita dan nafsu kita yang sesungguhnya... Kadang menurut pandangan diri kita merupakan teman baik, atau jalan petunjuk, padahal guru lihat itu adalah hawa nafsu belaka. yang mana hal itu sampe mati tidak akan kita ketahui kalau kita belajar secara otodidak... dan biasanya seseorang yang baru memiliki guru ruhani harus menyesuaikan diri karena selalu dipandang salah perbuatannya, sehingga membuat dirinya merasa tidak nyaman, sehingga timbulah bisikan setan dan bangkitlah nafsu kalau dia itu benci, iri, dengki sama kita.. intinya pikiran liarnya akan terus cari pembenaran kalau dirinya tidak punya masalah.. Sehingga timbulah halusinasi akut.
Ini ibarat orang baru kenal dokter lalu di cek pakai rongsen dan dikasih diagnosa penyakit tertentu, dia menolak hasilnya atau berontak krn gak sesuai nafsunya, kalau sudah akut penyakit hatinya malahan dokternya yang disalahkan... Padahal prosedur yang dijalankan dokter sudah benar apalagi dokter tersebut merupakan golongan orang yang ikhlas tidak mencari materi.
Itulah orang jaman sekarang... dimana adab sudah dicabut dan hawa nafsu di dewakan dengan berkiblat kepada paham kebebasan berpendapat ala Barat padahal watak kaya gitu gak ada dikalangan salaf dan Ulama kita kepada guru-gurunya... Andai disuruh nyebur kedalam api pun mereka langsung nyebur tanpa nanya apalagi punya prasangka kalau gurunya ini gak paham dan jahat.
Makanya kata Guru Mulia orang yang gak berinteraksi dengan Guru Ruhani sampai mati akan memiliki watak yang jelek... karena orang yang belajar agama otodidak itu gak punya pengawas sampai dirinya tidak tau kalau sedang dikuasai hawa nafsu.. Berbeda dengan yang punya guru apabila bimbang bisa langsung meminta fatwa dari Guru dan taulah ia apakah dia salah atau benar. Sehingga selanjutnya dia tinggal melakukan mujahdah yang diajarkan oleh Gurunya...
Selanjutnya mari kita dengarkan Tausiyah dari Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz
#Admin
Allahumma Sholli a'la Sayyidina Muhammad wa ala alihi washobihi wasalim
Kalau mengkalim diri dibimbing secara ruhani lalu bim salabim hati bisa bersih maksimal, bisa ma'rifat, bisa hebat... buat apa para Aulia capek capek berguru ke luar kota atau sampai ke Yaman dan luar negri.. Bukankah lebih baik tradisi berguru itu dihilangkan saja karena tidak efisien juga boros biaya? Enakan cukup baca kitab sambil berdiam diri dikamar, lalu klaim diri dibimbing ruhaninya.
Imam Ghazali saja penasihat raja, Ulama paling alim di zamannya, pertama kali ketemu guru ruhani disuruh ngepel pakai tangan (dihinakan).
Syaikh Abu Bakar bin Salim sudah wali sejak didalam kandungan, tapi menginjak remaja beliau tetap berguru keluar kota.. Di zaman itu beliau juga punya banyak koleksi kitab minimal dikotanya ada semacam perpustakaan.
Lah kita ini apa yang mau dibanggakan sehingga merasa hebat, jadi cukup browsingan di kamar?
Bukankah kita maunya berada di jalan para Sholihin, lalu kenapa kita melakukan hal yang bertentangan atau membuat aturan sendiri?
Jadi jangan sampai tertipu, berlega hati krn omongan kita didengar dan dipuji puji orang awam, harusnya kita itu baru bisa berlega hati apabila perbuatannya dipuji, diapresiasi oleh Guru ruhaninya.
Dan saat bertemu dengan guru ruhani maka jagalah adab, karena cara belajarnya akan berbeda saat kita belajar dari kitab... karena kita kebiasaan belajar dari kitab, teks, video yang mana itu semua tidak bisa menegur kita, kita mau komentar punya kesimpulan apapun, atau melanggar adab maka bebas...
sedangkan guru ruhani PAHAM SEKALI keadaan kita dan nafsu kita yang sesungguhnya... Kadang menurut pandangan diri kita merupakan teman baik, atau jalan petunjuk, padahal guru lihat itu adalah hawa nafsu belaka. yang mana hal itu sampe mati tidak akan kita ketahui kalau kita belajar secara otodidak... dan biasanya seseorang yang baru memiliki guru ruhani harus menyesuaikan diri karena selalu dipandang salah perbuatannya, sehingga membuat dirinya merasa tidak nyaman, sehingga timbulah bisikan setan dan bangkitlah nafsu kalau dia itu benci, iri, dengki sama kita.. intinya pikiran liarnya akan terus cari pembenaran kalau dirinya tidak punya masalah.. Sehingga timbulah halusinasi akut.
Ini ibarat orang baru kenal dokter lalu di cek pakai rongsen dan dikasih diagnosa penyakit tertentu, dia menolak hasilnya atau berontak krn gak sesuai nafsunya, kalau sudah akut penyakit hatinya malahan dokternya yang disalahkan... Padahal prosedur yang dijalankan dokter sudah benar apalagi dokter tersebut merupakan golongan orang yang ikhlas tidak mencari materi.
Itulah orang jaman sekarang... dimana adab sudah dicabut dan hawa nafsu di dewakan dengan berkiblat kepada paham kebebasan berpendapat ala Barat padahal watak kaya gitu gak ada dikalangan salaf dan Ulama kita kepada guru-gurunya... Andai disuruh nyebur kedalam api pun mereka langsung nyebur tanpa nanya apalagi punya prasangka kalau gurunya ini gak paham dan jahat.
Makanya kata Guru Mulia orang yang gak berinteraksi dengan Guru Ruhani sampai mati akan memiliki watak yang jelek... karena orang yang belajar agama otodidak itu gak punya pengawas sampai dirinya tidak tau kalau sedang dikuasai hawa nafsu.. Berbeda dengan yang punya guru apabila bimbang bisa langsung meminta fatwa dari Guru dan taulah ia apakah dia salah atau benar. Sehingga selanjutnya dia tinggal melakukan mujahdah yang diajarkan oleh Gurunya...
Selanjutnya mari kita dengarkan Tausiyah dari Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz
#Admin
Allahumma Sholli a'la Sayyidina Muhammad wa ala alihi washobihi wasalim
BAGINDA RASULULLAH ﷺ BERKATA, APA YANG KAMU SUKA PADA DUNIA INI ???
BAGINDA RASULULLAH ﷺ BERKATA, APA YANG KAMU SUKA PADA DUNIA INI ???
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
Pada suatu hari Rasulullah ﷺ duduk bersama sahabatnya & bertanya kepada mereka. Bermula di tanyakan kepada Sayyidina Abu Bakar RA :
"Apa yg kamu suka dari dunia ini?" Dan berkatalah Sayyidina Abu Bakar RA.
"Aku suka dari dunia ini 3 perkara:
1. Duduk-duduk bersamamu ya Rasulullah ﷺ.
2. Melihat wajah mu ya Rasulullah ﷺ.
3. Aku korbankan hartaku untuk mu ya Rasulullah ﷺ "
Lalu Rasulullah ﷺ bertanya dengan sayyidina Umar RA. "bagaimana pula dengan mu ya Umar?"
Jawab Sayyidina Umar RA "ada 3 perkara juga yang aku suka :
1. Membuat kebaikan walaupun dalam keadaan manusia tidak mengetahuinya.
2. Mencegah kemungkaran wlaupun dalam keadaan terang-terangan
3. Berkata yg benar walaupun pahit"
"dan bagaimana pula denganmu wahai Uthman?"
Berkata Sayyidina Uthman RA.
"ada 3 perkara yang aku suka :
1. Memberi makan
2. Memberi salam
3. Bersolat malam di waktu manusia tidur"
"bagaimana pula dengan kamu wahai Ali ?"
"aku juga cintakan 3 perkara :
1. Memuliakan tetamu
2. Berpuasa di musim panas
3. dan memukul musuh dengan pedang"
Kemudian bertanya Rasulullah ﷺ pada Sayyidina Abu Dzar RA.
"apa yg kamu suka di dunia ini?" berkata Sayyidina Abu Dzar RA "aku suka 3 perkara di dunia ini:
1. Lapar
2. Sakit
3. Mati"
Kemudian Rasulullah bertanya, "kenapa wahai Abu Dzar?"
Berkata Sayyidina Abu Dzar RA.
"aku sukakan lapar kerana untuk membersihkan hati.
aku sukakan sakit kerana untuk mngurangkan dosaku.
aku sukakan maut kerana untuk bertemu tuhanku"
Kemudian bersabdalah Rasulullah ﷺ "aku cintakan dari dunia ini 3 perkara :
1. Wangian
2.Wanita yang solehah
3.Solat menjadi penyejuk mata ku"
Kemudian di waktu itu turunlah malaikat Jibril AS memberi salam pada Rasulullah ﷺ & para sahabat.
Kemudian malaikat Jibril mengatakan "aku sukakan di dunia kamu ini 3 perkara" :
1. Menyampaikan risalah
2.Menunaikan amanah
3.Cinta terhadap orang miskin"
Kemudian malaikat Jibril naik ke langit & turun sekali lagi ke bumi & berkata "Sesungguhnya ALLOH ﷻ mengucapkan salam kepada kamu semua & ALLOH ﷻ berkata sesungguhnya Allah suka pada dunia kamu ini 3 perkara :
1. Lidah yang sentiasa berzikir.
2. Hati yang sentiasa khusyuk.
3. Jasad yang sabar menanggung ujian - ujian.
Mudah2an bisa di jadikan sebagai PELAJARAN dan TAULADAN untuk kita menjalani hidup ini.
...
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
Pada suatu hari Rasulullah ﷺ duduk bersama sahabatnya & bertanya kepada mereka. Bermula di tanyakan kepada Sayyidina Abu Bakar RA :
"Apa yg kamu suka dari dunia ini?" Dan berkatalah Sayyidina Abu Bakar RA.
"Aku suka dari dunia ini 3 perkara:
1. Duduk-duduk bersamamu ya Rasulullah ﷺ.
2. Melihat wajah mu ya Rasulullah ﷺ.
3. Aku korbankan hartaku untuk mu ya Rasulullah ﷺ "
Lalu Rasulullah ﷺ bertanya dengan sayyidina Umar RA. "bagaimana pula dengan mu ya Umar?"
Jawab Sayyidina Umar RA "ada 3 perkara juga yang aku suka :
1. Membuat kebaikan walaupun dalam keadaan manusia tidak mengetahuinya.
2. Mencegah kemungkaran wlaupun dalam keadaan terang-terangan
3. Berkata yg benar walaupun pahit"
"dan bagaimana pula denganmu wahai Uthman?"
Berkata Sayyidina Uthman RA.
"ada 3 perkara yang aku suka :
1. Memberi makan
2. Memberi salam
3. Bersolat malam di waktu manusia tidur"
"bagaimana pula dengan kamu wahai Ali ?"
"aku juga cintakan 3 perkara :
1. Memuliakan tetamu
2. Berpuasa di musim panas
3. dan memukul musuh dengan pedang"
Kemudian bertanya Rasulullah ﷺ pada Sayyidina Abu Dzar RA.
"apa yg kamu suka di dunia ini?" berkata Sayyidina Abu Dzar RA "aku suka 3 perkara di dunia ini:
1. Lapar
2. Sakit
3. Mati"
Kemudian Rasulullah bertanya, "kenapa wahai Abu Dzar?"
Berkata Sayyidina Abu Dzar RA.
"aku sukakan lapar kerana untuk membersihkan hati.
aku sukakan sakit kerana untuk mngurangkan dosaku.
aku sukakan maut kerana untuk bertemu tuhanku"
Kemudian bersabdalah Rasulullah ﷺ "aku cintakan dari dunia ini 3 perkara :
1. Wangian
2.Wanita yang solehah
3.Solat menjadi penyejuk mata ku"
Kemudian di waktu itu turunlah malaikat Jibril AS memberi salam pada Rasulullah ﷺ & para sahabat.
Kemudian malaikat Jibril mengatakan "aku sukakan di dunia kamu ini 3 perkara" :
1. Menyampaikan risalah
2.Menunaikan amanah
3.Cinta terhadap orang miskin"
Kemudian malaikat Jibril naik ke langit & turun sekali lagi ke bumi & berkata "Sesungguhnya ALLOH ﷻ mengucapkan salam kepada kamu semua & ALLOH ﷻ berkata sesungguhnya Allah suka pada dunia kamu ini 3 perkara :
1. Lidah yang sentiasa berzikir.
2. Hati yang sentiasa khusyuk.
3. Jasad yang sabar menanggung ujian - ujian.
Mudah2an bisa di jadikan sebagai PELAJARAN dan TAULADAN untuk kita menjalani hidup ini.
...
HABIB LUTHFI BIN YAHYA; RAHASIA DI BALIK MUKJIZAT DAN KAROMAH
HABIB LUTHFI BIN YAHYA; RAHASIA DI BALIK MUKJIZAT DAN KAROMAH
Terdapat dalam manaqibnya Sayyidi Syaikh Abul Abbas al-Mursi dan Sayyidi Syaikh Abil Hasan asy-Syadziliy sebuah hadits Nabi Saw.: الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ(ulama adalah pewaris para nabi). Imam asy-Syadziliy menafsirkan ulama itu ada dua macam; Ulama Shadiqun dan Ulama Shalihun. Yang pertama ulama shadiqun itual-Auliya mitsl ar-Rusul, para wali seperti para rasul. Yang kedua ulama shalihun itual-Auliya mitsl al-Anbiya, para wali seperti para nabi.
Kenapa dipisah (dibagi) menjadi dua, sebab kalau rasul itu berkewajiban (bertugas) balagh (menyampaikan),waballagha ar-risalah wa adda al-amanah wanashaha al-ummah wajahada fillahi haqqa jihadih. Masalah mengeluarkan mukjizat itu suatu kewajiban (bagi para rasul Allah) karena tashdiq (menjadi pernyataan kebenaran adanya risalah) untuk memperkuat kaum awam.
Kalau ulama berbeda dengan rasul dengan diberi karomah-karomah oleh Allah Swt. Semisal karomahnya Habib Ahmad Bafaqih Syihr Hadhramaut. Suatu ketika ada seorang Maghrabi ahli sihir yang ingin menjajal kewalian Habib Ahmad Bafaqih. Orang tersebut meniup pohon kurma yang sedang tumbuh dan berbuah, seketika pohon kurma tersebut terbakar hebat sampai habis. Habib Ahmad lalu berkata,“Coba tiup lagi agar pohon kurmanya hidup kembali.”
Orang tersebut menjawab tidak bisa. Lalu Habib Ahmad pun bertanya, “Oh ilmumu hanya segitu?” Kemudian Habib Ahmad langsung berucap, “Hai pohon kurma, bi-idznillah hiduplah seperti semula!”Seketika pohon kurma yang sudah hitam gosong tadi hidup kembali bahkan dengan dedauan dan buah-buahan yang lebih baik dari semula.
Menyaksikan yang demikian orang Maghrabi itu pun hanya terdiam melongo, tak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya ahli sihir itu pun tunduk kepada Habib Ahmad Bafaqih.
Begitupula karomahnya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Dulu di Tarim Hadhramaut ada seseorang asal Maghrabi yang sangat kaya, dia sedang jatuh cinta pada seorang wanita. Jaman itu ukir-ukiran terbaik emas dan perak adalah ukirannya Maghrabi. Akhirnya orang tersebut pergi ke Maghrabi hanya untuk memesan ukiran tersebut. Dipesanlah ukiran (gelang) teristimewa yang nantinya dipakai untuk melamar sang wanita pujaan.
Begitu pesanan sudah jadi, diajaklah si wanita itu ke rumah orang asal Maghrabi itu. Gelang itu lalu dipakaikan ke tangan si wanita pujaan oleh ibunya. Anehnya wanita itu langsung hilang entah ke mana. Penduduk Tarim pun menjadi geger. Dicari kesana-kemari bertanya kepada orang-orang pintar pun tidak ada yang sanggup menjawab dan mencarinya. Hingga bertemulah ia dengan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad.
“Sudah, sekarang kamu pergilah kembali ke tukang yang membuat gelang itu.” Jawab Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Lalu pergilang orang tersebut ke Maghrabi sesuai perintah Habib Abdullah. Dan Habib Abdullah berpesan, “Tanyakan nanti, kembalikan atau tidak. Jika jawabannya tidak mau mengembalikan, tinggalkan saja dan pulanglah kembali ke Tarim.”
Sesampai di sana, ia melihat calon istrinya sedang berada di dalam ruangan seperti kurungan, tidak bisa keluar. “Orang ini memesan gelang jauh-jauh dari Tarim ke sini, pasti untuk seorang wanita yang cantik luar biasa,” batin tukang ukir itu saat pertamakali dipesani untuk membuatkan gelang. Pesan Habib Abdullah lalu disampaikan, dan ternyata jawaban tukang ukir tadi adalah ‘tidak mau’. Kemudian orang tersebut pun langsung pulang kembali ke Tarim.
Sesampai di Tarim ia langsung menghadap Habib Abdullah al-Haddad dan menyampaikan kejadian (jawaban) di atas.“Depan rumahmu tanahnya luas apa tidak?”Tanya Habib Abdullah kemudian. Lalu dijawab iya, yang kemudian Habib Abdullah berkata, “Ya sudah, tunggu saja besok ada apa, tapi jangan kaget nantinya.”
Besoknya di waktu Shubuh, begitu orang tersebut membuka pintu ia sangat kaget. Pasalnya tiba-tiba ada rumah di depan rumahnya, dan rumah itu persis seperti (modelnya) rumah orang Maghrabi. Begitu penghuninya keluar, setelah dilihat ternyata orang itu adalah tukang ukir asal Maghrabi. Sekarang yang kaget pun bertambah. Si tukang ukir itu pun bertanya-tanya, “Saya ini sedang di mana, koq tiba-tiba di tempat yang asing?”
Habib Abdullah al-Haddad yang sudah datang kemudian menjawab, “Ini di Tarim Hadharamaut. Rumahmu saya cabut pindah ke sini. Kembalikan wanita itu. Kamu hanya bisa memindah satu wanita, sedangkan saya memindah rumahmu sekaligus keluargamu saya pindahkan juga ke sini. Sekarang kamu mau apa?”
Akhirnya tukang ukir itu pun bertaubat, meminta maaf kepada Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad seraya mengembalikan si wanita. Itulah karomahnya para ulama jaman dulu. Dan ini merupakan jawaban-jawaban, namun jangan dimasukkan ke akal melainkan masukkan ke dalam iman. Sebab jika dimasukkan ke akal tidak akan masuk dan akal tetap akan menolak.
Begitupula karomah seorang ulama yang ada di Nusantara ini, Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon. Kenapa di makam beliau sampai sekarang banyak guci-guci dan piring-piring yang menempel di dinding makam. Kisah selengkapnya silakan simak dalam video dokumentasi berikut, sekaligus menyambungkan live streaming : https://youtu.be/sP7G_m5thPE.
(Tulisan di atas adalah transkrip dan alih bahasa dari cuplikan mau’idzah hasanah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam acara Maulid Nabi Saw. dan Haul Habib Umar bin Ali bin Hasyim bin Yahya & Sesepuh Desa Salakbrojo Kedungwuni)
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Terdapat dalam manaqibnya Sayyidi Syaikh Abul Abbas al-Mursi dan Sayyidi Syaikh Abil Hasan asy-Syadziliy sebuah hadits Nabi Saw.: الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ(ulama adalah pewaris para nabi). Imam asy-Syadziliy menafsirkan ulama itu ada dua macam; Ulama Shadiqun dan Ulama Shalihun. Yang pertama ulama shadiqun itual-Auliya mitsl ar-Rusul, para wali seperti para rasul. Yang kedua ulama shalihun itual-Auliya mitsl al-Anbiya, para wali seperti para nabi.
Kenapa dipisah (dibagi) menjadi dua, sebab kalau rasul itu berkewajiban (bertugas) balagh (menyampaikan),waballagha ar-risalah wa adda al-amanah wanashaha al-ummah wajahada fillahi haqqa jihadih. Masalah mengeluarkan mukjizat itu suatu kewajiban (bagi para rasul Allah) karena tashdiq (menjadi pernyataan kebenaran adanya risalah) untuk memperkuat kaum awam.
Kalau ulama berbeda dengan rasul dengan diberi karomah-karomah oleh Allah Swt. Semisal karomahnya Habib Ahmad Bafaqih Syihr Hadhramaut. Suatu ketika ada seorang Maghrabi ahli sihir yang ingin menjajal kewalian Habib Ahmad Bafaqih. Orang tersebut meniup pohon kurma yang sedang tumbuh dan berbuah, seketika pohon kurma tersebut terbakar hebat sampai habis. Habib Ahmad lalu berkata,“Coba tiup lagi agar pohon kurmanya hidup kembali.”
Orang tersebut menjawab tidak bisa. Lalu Habib Ahmad pun bertanya, “Oh ilmumu hanya segitu?” Kemudian Habib Ahmad langsung berucap, “Hai pohon kurma, bi-idznillah hiduplah seperti semula!”Seketika pohon kurma yang sudah hitam gosong tadi hidup kembali bahkan dengan dedauan dan buah-buahan yang lebih baik dari semula.
Menyaksikan yang demikian orang Maghrabi itu pun hanya terdiam melongo, tak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya ahli sihir itu pun tunduk kepada Habib Ahmad Bafaqih.
Begitupula karomahnya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Dulu di Tarim Hadhramaut ada seseorang asal Maghrabi yang sangat kaya, dia sedang jatuh cinta pada seorang wanita. Jaman itu ukir-ukiran terbaik emas dan perak adalah ukirannya Maghrabi. Akhirnya orang tersebut pergi ke Maghrabi hanya untuk memesan ukiran tersebut. Dipesanlah ukiran (gelang) teristimewa yang nantinya dipakai untuk melamar sang wanita pujaan.
Begitu pesanan sudah jadi, diajaklah si wanita itu ke rumah orang asal Maghrabi itu. Gelang itu lalu dipakaikan ke tangan si wanita pujaan oleh ibunya. Anehnya wanita itu langsung hilang entah ke mana. Penduduk Tarim pun menjadi geger. Dicari kesana-kemari bertanya kepada orang-orang pintar pun tidak ada yang sanggup menjawab dan mencarinya. Hingga bertemulah ia dengan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad.
“Sudah, sekarang kamu pergilah kembali ke tukang yang membuat gelang itu.” Jawab Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Lalu pergilang orang tersebut ke Maghrabi sesuai perintah Habib Abdullah. Dan Habib Abdullah berpesan, “Tanyakan nanti, kembalikan atau tidak. Jika jawabannya tidak mau mengembalikan, tinggalkan saja dan pulanglah kembali ke Tarim.”
Sesampai di sana, ia melihat calon istrinya sedang berada di dalam ruangan seperti kurungan, tidak bisa keluar. “Orang ini memesan gelang jauh-jauh dari Tarim ke sini, pasti untuk seorang wanita yang cantik luar biasa,” batin tukang ukir itu saat pertamakali dipesani untuk membuatkan gelang. Pesan Habib Abdullah lalu disampaikan, dan ternyata jawaban tukang ukir tadi adalah ‘tidak mau’. Kemudian orang tersebut pun langsung pulang kembali ke Tarim.
Sesampai di Tarim ia langsung menghadap Habib Abdullah al-Haddad dan menyampaikan kejadian (jawaban) di atas.“Depan rumahmu tanahnya luas apa tidak?”Tanya Habib Abdullah kemudian. Lalu dijawab iya, yang kemudian Habib Abdullah berkata, “Ya sudah, tunggu saja besok ada apa, tapi jangan kaget nantinya.”
Besoknya di waktu Shubuh, begitu orang tersebut membuka pintu ia sangat kaget. Pasalnya tiba-tiba ada rumah di depan rumahnya, dan rumah itu persis seperti (modelnya) rumah orang Maghrabi. Begitu penghuninya keluar, setelah dilihat ternyata orang itu adalah tukang ukir asal Maghrabi. Sekarang yang kaget pun bertambah. Si tukang ukir itu pun bertanya-tanya, “Saya ini sedang di mana, koq tiba-tiba di tempat yang asing?”
Habib Abdullah al-Haddad yang sudah datang kemudian menjawab, “Ini di Tarim Hadharamaut. Rumahmu saya cabut pindah ke sini. Kembalikan wanita itu. Kamu hanya bisa memindah satu wanita, sedangkan saya memindah rumahmu sekaligus keluargamu saya pindahkan juga ke sini. Sekarang kamu mau apa?”
Akhirnya tukang ukir itu pun bertaubat, meminta maaf kepada Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad seraya mengembalikan si wanita. Itulah karomahnya para ulama jaman dulu. Dan ini merupakan jawaban-jawaban, namun jangan dimasukkan ke akal melainkan masukkan ke dalam iman. Sebab jika dimasukkan ke akal tidak akan masuk dan akal tetap akan menolak.
Begitupula karomah seorang ulama yang ada di Nusantara ini, Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon. Kenapa di makam beliau sampai sekarang banyak guci-guci dan piring-piring yang menempel di dinding makam. Kisah selengkapnya silakan simak dalam video dokumentasi berikut, sekaligus menyambungkan live streaming : https://youtu.be/sP7G_m5thPE.
(Tulisan di atas adalah transkrip dan alih bahasa dari cuplikan mau’idzah hasanah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam acara Maulid Nabi Saw. dan Haul Habib Umar bin Ali bin Hasyim bin Yahya & Sesepuh Desa Salakbrojo Kedungwuni)
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Wednesday, February 20, 2019
Kalam Al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Kalam Al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya:
1. Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh
Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh tidak sekadar diucapkan, tetapi dihunjamkan ke dalam hati.
Makna: tidak ada zat yang wajib disembah kecuali ALLOH Subhanahu wata'ala. Selain ALLOH Subhanahu wata'ala adalah makhluk-hawadits yang baru.
Dari bacaan tsb dpt mengukir setiap hati mukmin, bisa menepis segala kesyirikan.
Syirik itu bermakna luas, bahkan pakaian bisa membuat syirik. Jika kita tidak pake pakaian/jubah maka kita tidak dikenal sbg ulama/ustad maka ini sebagai penyebab syirik dlm berpakaian. Demikian pula pekerjaan jika kita tidak bekerja, maka kita tidak makan, maka bekerja ini menjadi syirik.
Demikian jg kendaraan bisa menyebabkan syirik, jika kita bepergian tidak menggunakan kendaraan ini maka kita tidak sampai. Ini pun bisa menjadikan syirik.
Mengapa? Karena semua itu adalah wasilah-sarana, karena hakikatnya adalah ALLOH Subhanahu wata'ala yang menggerakkan.
Pembekalan dlm sholat harus terimplementasi dlm kehidupan. Oleh sebab itu sholat harus lengkap, tidak sekadar niat, bahkan mengajak seluruh anggota tubuh u/ sholat baik mata, telinga, mulut, tangan, lisan dikenalkan kepada ALLOH Subhanahu wata'ala
"Laa ilaa ha illa Alloh".... Sehingga seluruh tubuh tidak akan bermaksiat kpd Allah karena sudah mengenal ALLOH Subhanahu wata'ala .
Tidak cukup sampai disitu, mata, telinga, mulut, tangan, budi pekerti, kaki dan anggota tubuh lainnya dikenalkan kepada "Muhammadur Rosululloh". Fisik dan hati bisa menjadi bersih karena dikenalkan kepada ALLOH Subhanahu wata'ala dan Rosul-Nya.
Dengan sholat seluruh anggota tubuh dibasuh, dimandikan minimal 5x sehari = 450 sebulan. Masya Alloh! Bersih karena air wudlu...sudah sepatutnya anggota tubuh kita pun bersih dari perilaku apalagi sudah dikenalkan pada Laa ilaa ha illa Alloh.
Jika fisik dibersihkan 5x, pertanyaannya berapa kali hati kita dibersihkan? Jika tidak pernah maka di hati akan berkarat. Maka ucapan, mata, dan anggota tubuh akan melakukan sesuatu yang dilarang ALLOH Subhanahu wata'ala . Bgm caranya membersihkan? salah satunya membaca kalimat Laa ilaa ha illa Alloh muhammadur Rosululloh
2. Jangan Saling Merendahkan “Al” (Marga) Lain
‘Alaikum bi Al-Hadad:
Anda hidup harus siap ditempa. Kalau Anda bisa
menggali kemampuan diri sendiri berarti
'Alaikum bi Al-Yahya:
Anda Hidup, tahu arti hidup. Tahu nilai hidup.
Orang yang tidak pernah menempa diri, tidak akan tahu arti hidup, akhirnya hidup untuk makan.
Setelah itu
wa‘Alaikum bi Al-Faqih;
kalau Anda tahu arti hidup Anda akan tahu hukum.
Maka Anda akan: bil Bafaqih, Anda akan menguasai sebenarnya arti hidup.
Kalau Anda faham: ‘Alaikum bi Al-Athas, penyakit dalamnya hilang, mental kuat.
Kalau penyakit lahir-dalam bersih: ‘Alaikum Ba’Abud, Anda akan jadi orang Ahli Ibadah.
Kalau Anda jadi Ahli Ibadah ‘Alaikum bi Syihab, Anda akan bercahaya dan memancarkan cahaya.
Kalau Andai badahnya luar biasa 'Alaikum bi Jamalullail, Anda tidak akan menyia-nyiakan bangun malam: tahajud.
Kalau Anda bangun malam ‘Alaikum bil ‘Idrus, keliling melihat keadaan para saddah (sayid-sayid) Alawiyin dan kaum muslimin lainnya.
Kalau Anda sudah ‘al Idrus Fa ‘alaikum bi as Saqaf, mengayomi. Kalau sudah mengayomi baru Anda akan menjadi: Syekh Abi Bakar bin Salim. Guru dan bapak dari para Saddah. Oleh sebab itu jangan saling merendahkan “al” (marga) lain
Dunia ini adalah sarana dalam menggapai kehidupan yang lebih baik, jadikan dunia sebagai sarana ibadah pokoke ibadah saja.
Bagaimana cara menggenggam dunia agar tidak jatuh ke dalam hati sehingga hati menjadi buta, Ingat bahwa hidupmu untuk ibadah semata.
Berikut adalah hikmah dari Sang Waliyullah Abah Habib Luthfi Bin Yahya dalam menyikapi kehidupan agar pasrah secara syariat. Mau mengejar dunia ?
Kenali Siapa Pemilik Pencipta Semesta Alam Ini... Allah Swt
1. Agar Dzikir Meresap Ke Dalam Hati
Abah Menjawab :" Agar dzikir kita bisa masuk sampai ke hati, maka kita harus bisa merasakan secara lahir dan batin dzikir kita ini kepada Allah swt. Dan unutk itu, kita mesti memenuhi beberapa syarat:
Pertama, tingkatkan rasa memerlukan Allah swt
Kedua, setelah kita merasa memerlukan Allah swt, maka kita akan mendekat kepada-Nya dan janganlah membawa perasaan 'siapa saya'. Maksudnya, janganlah menampilka amalan-amalan karena sudah mampu membaca ini, bisa membaca itu, bisa menyelesaikan bacaan sekian dan sekian. tinggalkanlah perasaan mampu itu, justru kita menghadap kepada Allah swt dengan perasaan hamba yang sangat fakir, dengan segala kerendahan hati.
Ketiga, belajrlah dan berlatihlah untuk sampai pada keyakinan bahwa apa yang kita baca, di dengar oleh Allah Yang Maha Mendengar
Semua itu insya Allah akan mencetak individu yang merasa di dengar dan dilihat oleh Allah swt, Yang Maha Mendegar dan Maha Melihatyang akhirnya akan membatasi diri kita untuk melakukan hal-hal yang tidak di ridhai oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Apabila sudahmenerangu lahir dan batinnya, sehingga setiap langkahnya akan di sinari oleh sinar kebenaran dari Allah swt."
2. Jenuh, Stress, Galau, dan Penyakit Sejenisnya
Abah menjawab: " pertama, marilah bersama-sama kita belajar memahami bahwa ketaatan kepada Allah swt adalah suatu kewajiban bagi hamba terhadap Tuhannya, bukan sekedar demi lapangan pekerjaan yang akan menatangkan rezeki, melainkan lebih sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Rezeki. Dengan pemahaman seperti itu kebanggaan kita akan terbangun pada kedekatan dengan Sang Maha Pemberi, bukan pada pemberiannya. Jika kita menyadari hal ini, insya Allah anda akan terhindar dari perasaan stress.
dunia itu bukan segalanya. Saya sendiri pernah mengalami hal seperti itu. Ketika itu guru-guru saya menyadarkan saya untuk tidak menjadikan dunia sebagai akbaru hammina, tujuan dan cita-cita terbesar kita. Rasulullah saw sendiri mengajari kita untuk selalu memohon perlindungan Allah swt agar terhindar dari menjadikan dunia sebagai tujuan hidup kita. Jadikanlah dunia sebagai sarana mengerjakan amal shaleh dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat.
Kebanyakan orang yang merasa stress dalam hidup adalah karena kurangnya rasa ta'alluq (bergantung) kepada Allah swt. Efeknya, muncul rasa takut ,iskin apabila kerja tidak maksimal. Atau tidak bisa menerima ketentuan takdir yang berupa keadaan sosial ekonomi kita saat ini. Bahkan tak jarang, karena rasa stress itu, kita sampai melupakan nikmat-nikmat Allah swt yang agung yang kita peroleh. Diantaranya adalah nikmat iman dan islam. serta kemampuan mengerjakan amal shaleh serta menjauhi larangan Allah swt. Kenikmatan lain dari Allah swt yang melekat di diri kita tapi sering terlupakan adalah nikmat sehat jasmani dan rohani.
Kedua nikmat tersebut akan terasa besar bjika kita mau merenung dan misalnya membandingkan dengan orang lain yang di anugerahi harta berlimpah, hatinya tertutup dari iman, sehingga hidupnya bergelimang maksiat atau dengan orang yang mengidapberbagai penyakit, baik fisik maupun psikis yang membuat harta yang bergelimang seakan tak berharga.
Andai saja kita mau memandang ke bawah, kepada mereka yang jauh lebih susah dari kita, insya Allah akan lahir rasa syukur di hati kita. Jika sudah muncul rasa syukur, maka beban hidup sudah terasa ringan, stress serta penyalit fisik turunannya, seperti migrain akan menjauh.
Setelah semua hal itu anda tanamkan, maka bolehlah anda menambahkannya dengan membaca Surat al-Insyirah sebanyak 28 kali setiap usai shalat Isya. Mudah-mudahan dengan berkah Allah swt melalui surat yang mulia tersebut hati dan jiwa Anda akan Lapang
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
1. Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh
Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh tidak sekadar diucapkan, tetapi dihunjamkan ke dalam hati.
Makna: tidak ada zat yang wajib disembah kecuali ALLOH Subhanahu wata'ala. Selain ALLOH Subhanahu wata'ala adalah makhluk-hawadits yang baru.
Dari bacaan tsb dpt mengukir setiap hati mukmin, bisa menepis segala kesyirikan.
Syirik itu bermakna luas, bahkan pakaian bisa membuat syirik. Jika kita tidak pake pakaian/jubah maka kita tidak dikenal sbg ulama/ustad maka ini sebagai penyebab syirik dlm berpakaian. Demikian pula pekerjaan jika kita tidak bekerja, maka kita tidak makan, maka bekerja ini menjadi syirik.
Demikian jg kendaraan bisa menyebabkan syirik, jika kita bepergian tidak menggunakan kendaraan ini maka kita tidak sampai. Ini pun bisa menjadikan syirik.
Mengapa? Karena semua itu adalah wasilah-sarana, karena hakikatnya adalah ALLOH Subhanahu wata'ala yang menggerakkan.
Pembekalan dlm sholat harus terimplementasi dlm kehidupan. Oleh sebab itu sholat harus lengkap, tidak sekadar niat, bahkan mengajak seluruh anggota tubuh u/ sholat baik mata, telinga, mulut, tangan, lisan dikenalkan kepada ALLOH Subhanahu wata'ala
"Laa ilaa ha illa Alloh".... Sehingga seluruh tubuh tidak akan bermaksiat kpd Allah karena sudah mengenal ALLOH Subhanahu wata'ala .
Tidak cukup sampai disitu, mata, telinga, mulut, tangan, budi pekerti, kaki dan anggota tubuh lainnya dikenalkan kepada "Muhammadur Rosululloh". Fisik dan hati bisa menjadi bersih karena dikenalkan kepada ALLOH Subhanahu wata'ala dan Rosul-Nya.
Dengan sholat seluruh anggota tubuh dibasuh, dimandikan minimal 5x sehari = 450 sebulan. Masya Alloh! Bersih karena air wudlu...sudah sepatutnya anggota tubuh kita pun bersih dari perilaku apalagi sudah dikenalkan pada Laa ilaa ha illa Alloh.
Jika fisik dibersihkan 5x, pertanyaannya berapa kali hati kita dibersihkan? Jika tidak pernah maka di hati akan berkarat. Maka ucapan, mata, dan anggota tubuh akan melakukan sesuatu yang dilarang ALLOH Subhanahu wata'ala . Bgm caranya membersihkan? salah satunya membaca kalimat Laa ilaa ha illa Alloh muhammadur Rosululloh
2. Jangan Saling Merendahkan “Al” (Marga) Lain
‘Alaikum bi Al-Hadad:
Anda hidup harus siap ditempa. Kalau Anda bisa
menggali kemampuan diri sendiri berarti
'Alaikum bi Al-Yahya:
Anda Hidup, tahu arti hidup. Tahu nilai hidup.
Orang yang tidak pernah menempa diri, tidak akan tahu arti hidup, akhirnya hidup untuk makan.
Setelah itu
wa‘Alaikum bi Al-Faqih;
kalau Anda tahu arti hidup Anda akan tahu hukum.
Maka Anda akan: bil Bafaqih, Anda akan menguasai sebenarnya arti hidup.
Kalau Anda faham: ‘Alaikum bi Al-Athas, penyakit dalamnya hilang, mental kuat.
Kalau penyakit lahir-dalam bersih: ‘Alaikum Ba’Abud, Anda akan jadi orang Ahli Ibadah.
Kalau Anda jadi Ahli Ibadah ‘Alaikum bi Syihab, Anda akan bercahaya dan memancarkan cahaya.
Kalau Andai badahnya luar biasa 'Alaikum bi Jamalullail, Anda tidak akan menyia-nyiakan bangun malam: tahajud.
Kalau Anda bangun malam ‘Alaikum bil ‘Idrus, keliling melihat keadaan para saddah (sayid-sayid) Alawiyin dan kaum muslimin lainnya.
Kalau Anda sudah ‘al Idrus Fa ‘alaikum bi as Saqaf, mengayomi. Kalau sudah mengayomi baru Anda akan menjadi: Syekh Abi Bakar bin Salim. Guru dan bapak dari para Saddah. Oleh sebab itu jangan saling merendahkan “al” (marga) lain
Dunia ini adalah sarana dalam menggapai kehidupan yang lebih baik, jadikan dunia sebagai sarana ibadah pokoke ibadah saja.
Bagaimana cara menggenggam dunia agar tidak jatuh ke dalam hati sehingga hati menjadi buta, Ingat bahwa hidupmu untuk ibadah semata.
Berikut adalah hikmah dari Sang Waliyullah Abah Habib Luthfi Bin Yahya dalam menyikapi kehidupan agar pasrah secara syariat. Mau mengejar dunia ?
Kenali Siapa Pemilik Pencipta Semesta Alam Ini... Allah Swt
1. Agar Dzikir Meresap Ke Dalam Hati
Abah Menjawab :" Agar dzikir kita bisa masuk sampai ke hati, maka kita harus bisa merasakan secara lahir dan batin dzikir kita ini kepada Allah swt. Dan unutk itu, kita mesti memenuhi beberapa syarat:
Pertama, tingkatkan rasa memerlukan Allah swt
Kedua, setelah kita merasa memerlukan Allah swt, maka kita akan mendekat kepada-Nya dan janganlah membawa perasaan 'siapa saya'. Maksudnya, janganlah menampilka amalan-amalan karena sudah mampu membaca ini, bisa membaca itu, bisa menyelesaikan bacaan sekian dan sekian. tinggalkanlah perasaan mampu itu, justru kita menghadap kepada Allah swt dengan perasaan hamba yang sangat fakir, dengan segala kerendahan hati.
Ketiga, belajrlah dan berlatihlah untuk sampai pada keyakinan bahwa apa yang kita baca, di dengar oleh Allah Yang Maha Mendengar
Semua itu insya Allah akan mencetak individu yang merasa di dengar dan dilihat oleh Allah swt, Yang Maha Mendegar dan Maha Melihatyang akhirnya akan membatasi diri kita untuk melakukan hal-hal yang tidak di ridhai oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Apabila sudahmenerangu lahir dan batinnya, sehingga setiap langkahnya akan di sinari oleh sinar kebenaran dari Allah swt."
2. Jenuh, Stress, Galau, dan Penyakit Sejenisnya
Abah menjawab: " pertama, marilah bersama-sama kita belajar memahami bahwa ketaatan kepada Allah swt adalah suatu kewajiban bagi hamba terhadap Tuhannya, bukan sekedar demi lapangan pekerjaan yang akan menatangkan rezeki, melainkan lebih sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Rezeki. Dengan pemahaman seperti itu kebanggaan kita akan terbangun pada kedekatan dengan Sang Maha Pemberi, bukan pada pemberiannya. Jika kita menyadari hal ini, insya Allah anda akan terhindar dari perasaan stress.
dunia itu bukan segalanya. Saya sendiri pernah mengalami hal seperti itu. Ketika itu guru-guru saya menyadarkan saya untuk tidak menjadikan dunia sebagai akbaru hammina, tujuan dan cita-cita terbesar kita. Rasulullah saw sendiri mengajari kita untuk selalu memohon perlindungan Allah swt agar terhindar dari menjadikan dunia sebagai tujuan hidup kita. Jadikanlah dunia sebagai sarana mengerjakan amal shaleh dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat.
Kebanyakan orang yang merasa stress dalam hidup adalah karena kurangnya rasa ta'alluq (bergantung) kepada Allah swt. Efeknya, muncul rasa takut ,iskin apabila kerja tidak maksimal. Atau tidak bisa menerima ketentuan takdir yang berupa keadaan sosial ekonomi kita saat ini. Bahkan tak jarang, karena rasa stress itu, kita sampai melupakan nikmat-nikmat Allah swt yang agung yang kita peroleh. Diantaranya adalah nikmat iman dan islam. serta kemampuan mengerjakan amal shaleh serta menjauhi larangan Allah swt. Kenikmatan lain dari Allah swt yang melekat di diri kita tapi sering terlupakan adalah nikmat sehat jasmani dan rohani.
Kedua nikmat tersebut akan terasa besar bjika kita mau merenung dan misalnya membandingkan dengan orang lain yang di anugerahi harta berlimpah, hatinya tertutup dari iman, sehingga hidupnya bergelimang maksiat atau dengan orang yang mengidapberbagai penyakit, baik fisik maupun psikis yang membuat harta yang bergelimang seakan tak berharga.
Andai saja kita mau memandang ke bawah, kepada mereka yang jauh lebih susah dari kita, insya Allah akan lahir rasa syukur di hati kita. Jika sudah muncul rasa syukur, maka beban hidup sudah terasa ringan, stress serta penyalit fisik turunannya, seperti migrain akan menjauh.
Setelah semua hal itu anda tanamkan, maka bolehlah anda menambahkannya dengan membaca Surat al-Insyirah sebanyak 28 kali setiap usai shalat Isya. Mudah-mudahan dengan berkah Allah swt melalui surat yang mulia tersebut hati dan jiwa Anda akan Lapang
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Tuesday, February 19, 2019
Tanya-Jawab AL-QUR'AN
T : Apa sajakah syarat2 memegang al-Qur'an ?
J : Berwudlu, suci dari haid dan nifas, suci dari junub.
T : Wanita yang bagaimanakah yang ketika sedang haid atau nifas tetap dibolehkan membaca al-Qur'an ?
J : Wanita penghapal al-Qur'an, dan wanita pengajar al-Qur'an (guru al-Qur'an). Tapi memegangnya tetap tidak dibolehkan.
J : Wanita penghapal al-Qur'an, dan wanita pengajar al-Qur'an (guru al-Qur'an). Tapi memegangnya tetap tidak dibolehkan.
T : Berapa jumlah Surat dalam al-Quran ?
J : 114 Surat
J : 114 Surat
T : Berapa jumlah Juz dalam al-Quran ?
J : 30 Juz
J : 30 Juz
T : Berapa jumlah Hizb dalam al-Quran ?
J : 60 Hizb
J : 60 Hizb
T : Ayat berapa dan dalam surat apakah yang pertama kali diturunkan ?
J : Ayat 1-5 Surat al 'Alaq.
J : Ayat 1-5 Surat al 'Alaq.
T : Ayat berapa dan dalam surat apakah yang terakhir diturunkan ?
J : Ayat 3 Surat Al Maidah.
J : Ayat 3 Surat Al Maidah.
T : Berapa jumlah Ayat dalam al-Quran ?
J : 6236 ayat
J : 6236 ayat
T : Berapa jumlah Kata dalam al-Quran? Dan Berapa Jumlah Hurufnya ?
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 1.027.000 huruf.
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 1.027.000 huruf.
T : Siapa Malaikat yang disebut namanya dalam al-Quran ?
J : Jibril, Mikail, Malik, Ridwan, Malakulmaut, 'Izroil, Harut, Marut, Al-Hafadzoh, Rokib, 'Atied, Hamalatul-Arsy.
J : Jibril, Mikail, Malik, Ridwan, Malakulmaut, 'Izroil, Harut, Marut, Al-Hafadzoh, Rokib, 'Atied, Hamalatul-Arsy.
T : Berapa jumlah Malaikat yang wajib diketahui ?
J. : 10 Malaikat.
1. Jibril ~ Menyampaikan wahyu.
2. Mikail ~ Menurunkan hujan/rizki.
3. Isrofil ~ Meniup terompet sangkakala.
4. 'Izroil ~ Mencabut nyawa.
5. Rokib ~ Mencatat amal baik.
6. 'Atied ~ Mencatat amal buruk.
7. Mungkar ~ Penanya di alam kubur.
8. Nakir ~ Penanya di alam kubur.
9. Malik ~ Penjaga Neraka.
10. Ridwan ~ Penjaga Surga.
J. : 10 Malaikat.
1. Jibril ~ Menyampaikan wahyu.
2. Mikail ~ Menurunkan hujan/rizki.
3. Isrofil ~ Meniup terompet sangkakala.
4. 'Izroil ~ Mencabut nyawa.
5. Rokib ~ Mencatat amal baik.
6. 'Atied ~ Mencatat amal buruk.
7. Mungkar ~ Penanya di alam kubur.
8. Nakir ~ Penanya di alam kubur.
9. Malik ~ Penjaga Neraka.
10. Ridwan ~ Penjaga Surga.
T : Siapakah nama malaikat yang sedang menjalani hukuman dari Allah hingga hari kiamat yang dikisahkan dalam al-Qur'an ?
J : Harut dan Marut.
J : Harut dan Marut.
T : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dalam al-Quran ?
J : 14 Sajdah.
J : 14 Sajdah.
T : Berapa Jumlah Surat Madaniyah dalam al-Quran ? Sebutkan . . .
J : 28 Surat,
al-Baqoroh, 'Ali-Imron, an-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Taubah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, ar-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, as-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, at-Taghabun, at-Thalaq, at-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, an-Nashr.
J : 28 Surat,
al-Baqoroh, 'Ali-Imron, an-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Taubah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, ar-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, as-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, at-Taghabun, at-Thalaq, at-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, an-Nashr.
T : Berapa Jumlah Surat Makiyah dalam al-Quran ? Sebutkan . . .
J : 86 Surat, selain dari surat yg disebut di atas.
J : 86 Surat, selain dari surat yg disebut di atas.
T : Berapa Jumlah Surat yang dimulai dengan huruf dalam al-Quran ?
J : 29 Surat.
J : 29 Surat.
T : Apakah yang dimaksud dengan Surat Makiyyah ? Sebutkan 10 saja . . .
J : Surat Makiyyah adalah Surat yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
J : Surat Makiyyah adalah Surat yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
T : Apakah yang dimaksud dengan Surat Madaniyyah ? Sebutkan lima saja . . .
J : Surat Madaniyah adalah Surat yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
J : Surat Madaniyah adalah Surat yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
T : Berapa Jumlah para Nabi dan Rasul yang disebut dalam Al-Quran ? Sebutkan . . .
J : 25 Nabi dan Rasul.
J : Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayub, Syu'aib, Harun, Musa, ILyasa', Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, 'Isa, Muhammad ﷺ .
J : 25 Nabi dan Rasul.
J : Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayub, Syu'aib, Harun, Musa, ILyasa', Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, 'Isa, Muhammad ﷺ .
T : Siapakah nama Nabi yang masih hidup hingga kini yang diceritakan dalam al-Qur'an ?
J : Nabi Khidir as dan Nabi 'Isa as.
J : Nabi Khidir as dan Nabi 'Isa as.
T : Siapakah nama Nabi yang kelak nanti di surga, apabila beliau membaca al-Qur'an maka daun-daun pohon surga yang gugur pun akan terhenti jatuh demi mendengar merdunya alunan suara Nabi tersebut ?? Dan ini adalah termasuk salah satu nikmat surga yang dijanjikan oleh Allah swt ...
J : Nabi Dawud as.
J : Nabi Dawud as.
T : Siapakah nama manusia yang memiliki dua tanduk di kepalanya yang diceritakan dalam al-Qur'an ? Dalam surat apakah kisah itu ?
J : Raja Dzulqornaen as, (waliyullah). Dikisahkan dalam surat al-Kahfi.
J : Raja Dzulqornaen as, (waliyullah). Dikisahkan dalam surat al-Kahfi.
T : Raja Dzulqornaen memiliki seorang patih (wakil raja), siapakah namanya ?
J : Waliyullah Khidir as, kemudian diangkat menjadi Nabi oleh Allah swt. Dan beliau masih hidup hingga akhir zaman.
J : Waliyullah Khidir as, kemudian diangkat menjadi Nabi oleh Allah swt. Dan beliau masih hidup hingga akhir zaman.
T : Siapakah satu-satunya nama wanita yang disebut namanya dalam al-Quran ?
J : Maryam binti Imran.
J : Maryam binti Imran.
T : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yang disebut namanya dalam al-Quran ?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surat Al-Ahzab ayat 37.
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surat Al-Ahzab ayat 37.
T : Siapakah sahabat Nabi yang mempunyai karomah yaitu apabila beliau membaca al-Qur'an maka lembaran al-Qur'an itu membuka dengan sendirinya dan berpindah halaman demi halaman tanpa disentuh ??
J : Sahabat Utsman bin 'Affan
J : Sahabat Utsman bin 'Affan
T : Apakah nama Surat yang haram membaca Basmalah di awal suratnya ?
J : Surat at-Taubah.
J : Surat at-Taubah.
T : Apakah nama Surat yang memiliki dua Basmalah ?
J : Surah al-Naml.
J : Surah al-Naml.
T : Apakah nama Surat yang bernilai seperempat al-Quran ?
J : Surah al-Kafirun.
J : Surah al-Kafirun.
T : Apakah nama Surat yang bernilai sepertiga al-Quran ?
J : Surat al-Ikhlas.
J : Surat al-Ikhlas.
T : Apakah nama Surat yang apabila dibaca rutin dapat menyelamatkan pembacanya dari siksa Qubur ?
J : Surat al-Mulk.
J : Surat al-Mulk.
T : Apakah nama Surat yang apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan ?
J : Surat al-Kahfi.
J : Surat al-Kahfi.
T : Apakah ayat yang paling Agung dan ada di dalam Surat apa ?
J : Ayat Kursi, dalam Surat al-Baqarah ayat No.255.
J : Ayat Kursi, dalam Surat al-Baqarah ayat No.255.
T : Apakah nama Surat yang paling Agung dan berapa jumlah ayatnya ?
J : Surat al-Fatihah, tujuh ayat.
J : Surat al-Fatihah, tujuh ayat.
T : Apakah ayat yang paling bijak dan dalam surah apa ?
J : Firman Allah Swt yg artinya :
" Barang siapa yang melakukan kebaikan walaupun hanya sebesar biji sawi niscaya ia akan melihat pahala balasannya. Dan barang siapa yang melakukan kejahatan walaupun hanya sebesar biji sawi maka niscaya ia akan melihat balasannya pula . . ."
(Surat al-Zalzalah ayat 7-8)
J : Firman Allah Swt yg artinya :
" Barang siapa yang melakukan kebaikan walaupun hanya sebesar biji sawi niscaya ia akan melihat pahala balasannya. Dan barang siapa yang melakukan kejahatan walaupun hanya sebesar biji sawi maka niscaya ia akan melihat balasannya pula . . ."
(Surat al-Zalzalah ayat 7-8)
T : Apakah nama Surat yang ada dua sajdahnya ?
J : Surat al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
J : Surat al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
T : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu dan di Surat apa ? Ayat no Berapa ?
J : وليتلطف Surat al-Kahfi ayat No. 19.
J : وليتلطف Surat al-Kahfi ayat No. 19.
T : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga ?
J : Ayat Kursi.
J : Ayat Kursi.
T : Ayat apakah yang diulang-ulang sbyk 31 kali dalam satu Surat dan di Surat apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surat ar-Rahman.
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surat ar-Rahman.
T : Ayat apakah yang diulang-ulang sbyk 10 kali dalam satu surat dan di surat apa ? Apakah ayat ini ada juga disebut dalam surat lainnya? Di surat apa ?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada surat al-Mursalat, juga ada dalam surat al-Muthaffifiin ayat No. 10.
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada surat al-Mursalat, juga ada dalam surat al-Muthaffifiin ayat No. 10.
T : Apakah Ayat terpanjang dalam al-Quran ? pada Surat apa ? Ayat berapa ?
J : Ayat No 282 Surah al-Baqarah.
J : Ayat No 282 Surah al-Baqarah.
T : Apa hukumnya menterjemahkan ayat al-Quran tanpa memakai tafsir lalu menggunakan ayat itu sebagai hujjah atau dalil ? Ataupun menyebarkan artian ayat tersebut ?
J : Hukumnya haram, dan termasuk ke dalam perbuatan dosa besar dan ancamannya adalah neraka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
J : Hukumnya haram, dan termasuk ke dalam perbuatan dosa besar dan ancamannya adalah neraka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berkata Ibnul Qudamah :
" Sangat dimakruhkan orang yang menghatamkan al-Qur'an lebih dari 40 hari. "
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Sangat dimakruhkan orang yang menghatamkan al-Qur'an lebih dari 40 hari. "
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Berkata Imam Qurtubi :
" 40 hari adalah waktu bagi orang -orang yang punya kelemahan membaca al-Qur'an dan orang yang memiliki banyak kesibukan. "
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" 40 hari adalah waktu bagi orang -orang yang punya kelemahan membaca al-Qur'an dan orang yang memiliki banyak kesibukan. "
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Di antara kebaikan al-Qur'an adalah Allah akan memberkahi pembaca dan penghafalnya.
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Berkata Abdul Malik bin Umair :
" Satu-satunya manusia yang tidak pikun adalah orang yang selalu membaca al-Qur'an."
" Satu-satunya manusia yang tidak pikun adalah orang yang selalu membaca al-Qur'an."
Dalam redaksi lain
" Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca al-Qur'an".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca al-Qur'an".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Berkata Al-imam Qurtubi:
" Barang siapa yang membaca al-Qur'an, maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Barang siapa yang membaca al-Qur'an, maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim ra :
" Perbanyaklah membaca al-Qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Perbanyaklah membaca al-Qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Berkata Ibnu Solah:
"Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca al-Qur'an, oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengarnya saja dari baca'an manusia".
"Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca al-Qur'an, oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengarnya saja dari baca'an manusia".
Berkata Abu Zanad :
" Di tengah malam, aku keluar menuju masjid Rasulullah ﷺ ,, sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca al-Qur'an".
" Di tengah malam, aku keluar menuju masjid Rasulullah ﷺ ,, sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca al-Qur'an".
Berkata Shaikhul Islam ibnu Taimiyyah :
" Tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat Kitabullah ta'ala".
Bergantunglah pada al-Qur'an niscaya kau akan mendapatkan keberkahan.
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat Kitabullah ta'ala".
Bergantunglah pada al-Qur'an niscaya kau akan mendapatkan keberkahan.
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Allah berfirman :
" ini adalah kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh keberkahan agar mereka mau mentadaburi ayat-ayatnya".
" ini adalah kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh keberkahan agar mereka mau mentadaburi ayat-ayatnya".
Berkata sebagian ahli tafsir :
" Manakala kita menyibukkan diri dengan al-Qur'an maka kita akan dibanjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
" Manakala kita menyibukkan diri dengan al-Qur'an maka kita akan dibanjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".
(Semoga kita bisa mengamalkannya)
Demikian catatan ringkas ini, barangkali ada yang ingin melengkapinya, kami persilahkan . . .
Silahkan barangkali ada yang ingin men-share/copas supaya tulisan ini makin tersebar dan lebih bermanfaat.
Mudah-mudahan amal baik kita semua diridloi Allah swt.
Aamiin Yaa Robbal 'Aalamin . . .
والله اعلم . . .
Salam hormat
🙏🙏🙏
Rudi Bintang
Cirebon, 06 Februari 2019
Cirebon, 06 Februari 2019
KISAH TELADAN; AMPLOP HABIB LUTHFI BIN YAHYA
KISAH TELADAN; AMPLOP HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Ada sebuah peristiwa yang sampai saat ini masih saja membekas dalam ingatan tentang Habib Luthfi Bin Yahya. Malam itu, ketika aku duduk berdesak-desak dengan para tetamu yang memenuhi ruangan itu, tiba-tiba beliau menunjukkan kepada semua yang hadir itu sesuatu yang di luar dugaan. Manakala beberapa orang tamu dari berbagai daerah itu tengah menyampaikan keluh kesah mereka, tanpa malu-malu beliau membuka amplop yang bertebaran di atas meja. Dikeluarkan isinya. Lalu ditumpuk di atas meja.
Mula-mula, aku merasa tak nyaman dengan pemandangan itu. Sebab, isi amplop itu semuanya lembaran uang. Ada yang berwarna merah, ada pula yang berwarna biru. Semua uang itu tak lain berasal dari pemberian secara cuma-cuma dari para tetamu. Itulah yang membuatku agak risih. Rasanya kok seperti kurang etis jika hal itu dilakukan di hadapan para tamu yang ada di situ.
Semua isi amplop itu dikeluarkan. Tanpa satu pun tertinggal. Tak dihitung memang oleh Habib Luthfi. Tetapi, kalau aku perkirakan, bisa jadi itu jumlahnya sudah mencapai angka jutaan.
Setelah semua isi amplop itu dikeluarkan, beliau memasukkan tumpukan uang itu ke dalam satu amplop yang ukurannya cukup besar. Lalu, tiba-tiba memanggil salah seorang perempuan, seorang ibu yang masih muda untuk mendekat. Ibu itu awalnya duduk di pojokan.
“Nduk, sini Nduk,” ucap Habib Luthfi.
Perempuan itu pun agak malu-malu untuk maju ke depan, mendekati beliau. Tampilannya sederhana. Sangat sederhana. Menunjukkan kalau perempuan ini dari kalangan masyarakat biasa. Mungkin dari keluarga yang kurang beruntung nasibnya.
“Sampeyan rene karo sapa? (Anda ke sini sama siapa?)” tanya Habib Luthfi.
“Kaliyan lare, Bah (Bersama anakku),” jawab perempuan itu agak malu dan penuh hormat.
Habib Luthfi pun segera mengedarkan pandangan, mencari anak dari perempuan itu, “Ndi? Ndi anakmu? Gawa rene (Yang mana anakmu? Bawa ke sini),” pinta Habib Luthfi.
Entah senang atau bagaimana, reaksi perempuan itu langsung bergegas ke belakang lagi. Ke tempat duduknya semula. Tetapi, sebelum perempuan ini beringsut, beliau langsung bilang, “Sampeyan ora usah rono maneh. Ngger kene bae. Ben anake sampeyan sing mrene, ya? (Anda tak perlu ke sana lagi. Di sini saja. Biarkan anakmu yang ke sini),” ucap Habib Luthfi sambil tersenyum.
Dari belakang terdengar beberapa orang menyampaikan pada Habib Luthfi jika anak dari perempuan itu tertidur. “Wis ra kaiki. Ben. Nek wis turu ora usah digugah, melas. (Sudah tak apa. Biarkan. Kalau sudah tidur tak perlu dibangunkan, kasihan),” kata Habib Luthfi.
Tak berselang lama, anak dari perempuan itu terbangun. Lalu segera diberi jalan oleh para tetamu untuk mendekat Habib Luthfi. Perempuan itu pun segera menyambut anak perempuannya. Segera pula ia memeluknya.
“Nah iki wis tangi dhewe. Sampun maem durung? (Nah kan, bangun sendiri. Sudah makan belum?),” tanya beliau.
Gadis kecil itu mengangguk.
“Wis? Temenan wis? (Sudah? Beneran sudah?),” tanya Habib Luthfi memastikan.
“Sampun wau, Bah (Sudah tadi),” jawab si Ibu.
“Oh ya wis (Oh ya sudah)...” ucap Habib Luthfi. “Nggonmu iseh kena rob? (Rumahmu masih terkena air rob?)” tanya beliau kemudian.
Si Ibu muda ini menjawab, “Takseh, Bah. Malah sakniki saya parah. (Masih, Bah. Malah sekarang makin parah),” jawab si Ibu itu.
“Lha sampeyan yen turu piye? Terus kerjaane piye? (Lha kalau tidur bagaimana? Kerjanya bagaimana?)” tanya Habib Luthfi.
Perempuan itu menjawab, “Nggih, susah, Bah. Kerjaan ugi susah.”
Tampak tatapan Habib Luthfi menaruh empati yang amat mendalam. Amplop yang ada pada genggaman beliau, seketika itu diberikan kepada Ibu muda itu. “Iki nggo nempur beras karo nggo nyukupi kebutuhanmu ya, Nduk. (Ini untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya ya, Nduk). Nggonen sing bener lan sing pas karo kebutuhanmu,” kata beliau kemudian.
Perempuan itu terkejut. Ia tak menyangka akan menerima pemberian yang demikian besar dan sangat berarti bagi dirinya dan keluarganya. Ia pun membungkukkan badan berkali-kali, sambil mengucapkan terimakasih kepada Habib Luthfi.
“Iki dudu saka aku. Ning iki saka kabeh sing ning kene. Insya Allah, kabeh ikhlas. (Ini bukan dari saya. Melainkan dari semua yang ada di sini. Insyaallah semua ikhlas.) Wis ya... ditrima ya, Nduk?” kata Habib Luthfi.
“Nggih, Bah. Maturnuwun...”
“Wis ya... iki wis bengi. Melaske anakmu. Saiki sampeyan luwih becik mulih omah. Ben anakmu sesuk ora kawanan tangine. Sampeyan rene mau diterke bojone sampeyan? (Sudah... ini sudah larut. Kasihan anakmu. Sekarang lebih baik pulang ke rumah agar anakmu tidak kesiangan. Anda ke sini diantar suami?” tanya Habib Luthfi.
“Nggih, Bah. Wau dianter garwa kula nitih becak (Ya, Bah. Tadi diantar suami dengan becaknya)” jawab si Ibu muda itu.
“Lha saiki ning ndi bojomu? (Sekarang di mana suamimu?)”
“Narik becak malih Bah. Sanjange wau wonten sing nyuwun dianter becak (Narik lagi, Bah. Katanya ada orang yang menumpang)” jawab si Ibu muda itu.
“Nek ngono ben diter nganggo mobil wae. Mengko ben sopir sing ngeter Sampeyan mulih. Karo iki, jajan iki digawa ya, (Kalau begitu biar diantar mobil saja. Nanti ada sopir yang mengantar pulang. Dan ini, jajan-jajan ini dibawa pulang ya),” kata Habib Luthfi.
Perempuan itu memperlihatkan roman wajah antara senang dan bingung. Senang, karena malam itu ia mendapatkan pemberian yang luar biasa banyaknya dari beliau. Bingung, karena ia tidak tahu caranya membawa semua pemberian itu. Ada roti satu kaleng besar. Ada makanan lainnya yang berkaleng-kaleng. Ada yang kardusan pula. Semuanya diberikan beliau untuk si ibu muda ini.
Habib Luthfi pun segera memanggil sopir dan memintanya agar membantu membawakan semua barang yang dibawa pulang. Semuanya. Beliau juga berpesan agar sopir mengantarkan sampai depan rumah. Jangan hanya berhenti di tepi jalan.
Setelah peristiwa itu, semua tamu yang hadir malam itu sejenak melongo. Terbengong dengan ulah beliau. Tak berselang jeda yang lama, beliau baru katakan sebuah pesan yang amat mendalam, “Pengorbanan ibu tadi sungguh luar biasa. Ia rela datang ke sini dengan membawa seabreg kebingungan atas nasibnya. Ibu itu korban rob. Hidupnya pas-pasan. Dan tidak hanya ia saja yang mengalami nasib begitu. Ada banyak. Merekalah yang sesungguhnya berhak untuk kita bantu. Ngenes kalau lihat nasib bangsa ini. Sebab, masih banyak orang-orang yang seperti ibu itu.”
Sejenak kemudian, Habib Luthfi terdiam. Seketika itu pula, aku menyaksikan sebuah peristiwa yang membuatku keliru menafsirkan apa yang beliau lakukan. Ya, semula aku berprasangka buruk terhadap tindakan beliau yang mengeluarkan semua isi amplop itu dan meletakkannya di atas meja. Tetapi, prasangka buruk itu kemudian menjadi keliru ketika seluruh uang yang dikeluarkan dari lembar-lembar amplop itu diberikan kepada seorang ibu muda yang dalam kesusahan. Betapa dangkalnya nalarku ini. Oh! Rasanya malu dan teramat malu semalu-malunya.
Betapa tidak, beliau yang sudah memiliki nama besar pun tak segan untuk melayani orang-orang kecil. Bahkan bisa lebih mendahulukan mereka ketimbang tamu-tamu lain yang tampak lebih berkelas. Beliau juga tak sungkan-sungkan untuk mengingatkan siapapun yang hadir di situ, ada kiai, santri, dan orang-orang yang paham agama sekalipun tanpa kata-kata yang berbusa. Langsung melalui tindakan yang boleh dibilang tindakan itu seperti sebuah tamparan keras buat semua tetamu.
Ya, begitulah beliau. Semoga Abah Habib Luthfi Bin Yahya senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan lahir batin dan panjang umur. Amin.
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Ada sebuah peristiwa yang sampai saat ini masih saja membekas dalam ingatan tentang Habib Luthfi Bin Yahya. Malam itu, ketika aku duduk berdesak-desak dengan para tetamu yang memenuhi ruangan itu, tiba-tiba beliau menunjukkan kepada semua yang hadir itu sesuatu yang di luar dugaan. Manakala beberapa orang tamu dari berbagai daerah itu tengah menyampaikan keluh kesah mereka, tanpa malu-malu beliau membuka amplop yang bertebaran di atas meja. Dikeluarkan isinya. Lalu ditumpuk di atas meja.
Mula-mula, aku merasa tak nyaman dengan pemandangan itu. Sebab, isi amplop itu semuanya lembaran uang. Ada yang berwarna merah, ada pula yang berwarna biru. Semua uang itu tak lain berasal dari pemberian secara cuma-cuma dari para tetamu. Itulah yang membuatku agak risih. Rasanya kok seperti kurang etis jika hal itu dilakukan di hadapan para tamu yang ada di situ.
Semua isi amplop itu dikeluarkan. Tanpa satu pun tertinggal. Tak dihitung memang oleh Habib Luthfi. Tetapi, kalau aku perkirakan, bisa jadi itu jumlahnya sudah mencapai angka jutaan.
Setelah semua isi amplop itu dikeluarkan, beliau memasukkan tumpukan uang itu ke dalam satu amplop yang ukurannya cukup besar. Lalu, tiba-tiba memanggil salah seorang perempuan, seorang ibu yang masih muda untuk mendekat. Ibu itu awalnya duduk di pojokan.
“Nduk, sini Nduk,” ucap Habib Luthfi.
Perempuan itu pun agak malu-malu untuk maju ke depan, mendekati beliau. Tampilannya sederhana. Sangat sederhana. Menunjukkan kalau perempuan ini dari kalangan masyarakat biasa. Mungkin dari keluarga yang kurang beruntung nasibnya.
“Sampeyan rene karo sapa? (Anda ke sini sama siapa?)” tanya Habib Luthfi.
“Kaliyan lare, Bah (Bersama anakku),” jawab perempuan itu agak malu dan penuh hormat.
Habib Luthfi pun segera mengedarkan pandangan, mencari anak dari perempuan itu, “Ndi? Ndi anakmu? Gawa rene (Yang mana anakmu? Bawa ke sini),” pinta Habib Luthfi.
Entah senang atau bagaimana, reaksi perempuan itu langsung bergegas ke belakang lagi. Ke tempat duduknya semula. Tetapi, sebelum perempuan ini beringsut, beliau langsung bilang, “Sampeyan ora usah rono maneh. Ngger kene bae. Ben anake sampeyan sing mrene, ya? (Anda tak perlu ke sana lagi. Di sini saja. Biarkan anakmu yang ke sini),” ucap Habib Luthfi sambil tersenyum.
Dari belakang terdengar beberapa orang menyampaikan pada Habib Luthfi jika anak dari perempuan itu tertidur. “Wis ra kaiki. Ben. Nek wis turu ora usah digugah, melas. (Sudah tak apa. Biarkan. Kalau sudah tidur tak perlu dibangunkan, kasihan),” kata Habib Luthfi.
Tak berselang lama, anak dari perempuan itu terbangun. Lalu segera diberi jalan oleh para tetamu untuk mendekat Habib Luthfi. Perempuan itu pun segera menyambut anak perempuannya. Segera pula ia memeluknya.
“Nah iki wis tangi dhewe. Sampun maem durung? (Nah kan, bangun sendiri. Sudah makan belum?),” tanya beliau.
Gadis kecil itu mengangguk.
“Wis? Temenan wis? (Sudah? Beneran sudah?),” tanya Habib Luthfi memastikan.
“Sampun wau, Bah (Sudah tadi),” jawab si Ibu.
“Oh ya wis (Oh ya sudah)...” ucap Habib Luthfi. “Nggonmu iseh kena rob? (Rumahmu masih terkena air rob?)” tanya beliau kemudian.
Si Ibu muda ini menjawab, “Takseh, Bah. Malah sakniki saya parah. (Masih, Bah. Malah sekarang makin parah),” jawab si Ibu itu.
“Lha sampeyan yen turu piye? Terus kerjaane piye? (Lha kalau tidur bagaimana? Kerjanya bagaimana?)” tanya Habib Luthfi.
Perempuan itu menjawab, “Nggih, susah, Bah. Kerjaan ugi susah.”
Tampak tatapan Habib Luthfi menaruh empati yang amat mendalam. Amplop yang ada pada genggaman beliau, seketika itu diberikan kepada Ibu muda itu. “Iki nggo nempur beras karo nggo nyukupi kebutuhanmu ya, Nduk. (Ini untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya ya, Nduk). Nggonen sing bener lan sing pas karo kebutuhanmu,” kata beliau kemudian.
Perempuan itu terkejut. Ia tak menyangka akan menerima pemberian yang demikian besar dan sangat berarti bagi dirinya dan keluarganya. Ia pun membungkukkan badan berkali-kali, sambil mengucapkan terimakasih kepada Habib Luthfi.
“Iki dudu saka aku. Ning iki saka kabeh sing ning kene. Insya Allah, kabeh ikhlas. (Ini bukan dari saya. Melainkan dari semua yang ada di sini. Insyaallah semua ikhlas.) Wis ya... ditrima ya, Nduk?” kata Habib Luthfi.
“Nggih, Bah. Maturnuwun...”
“Wis ya... iki wis bengi. Melaske anakmu. Saiki sampeyan luwih becik mulih omah. Ben anakmu sesuk ora kawanan tangine. Sampeyan rene mau diterke bojone sampeyan? (Sudah... ini sudah larut. Kasihan anakmu. Sekarang lebih baik pulang ke rumah agar anakmu tidak kesiangan. Anda ke sini diantar suami?” tanya Habib Luthfi.
“Nggih, Bah. Wau dianter garwa kula nitih becak (Ya, Bah. Tadi diantar suami dengan becaknya)” jawab si Ibu muda itu.
“Lha saiki ning ndi bojomu? (Sekarang di mana suamimu?)”
“Narik becak malih Bah. Sanjange wau wonten sing nyuwun dianter becak (Narik lagi, Bah. Katanya ada orang yang menumpang)” jawab si Ibu muda itu.
“Nek ngono ben diter nganggo mobil wae. Mengko ben sopir sing ngeter Sampeyan mulih. Karo iki, jajan iki digawa ya, (Kalau begitu biar diantar mobil saja. Nanti ada sopir yang mengantar pulang. Dan ini, jajan-jajan ini dibawa pulang ya),” kata Habib Luthfi.
Perempuan itu memperlihatkan roman wajah antara senang dan bingung. Senang, karena malam itu ia mendapatkan pemberian yang luar biasa banyaknya dari beliau. Bingung, karena ia tidak tahu caranya membawa semua pemberian itu. Ada roti satu kaleng besar. Ada makanan lainnya yang berkaleng-kaleng. Ada yang kardusan pula. Semuanya diberikan beliau untuk si ibu muda ini.
Habib Luthfi pun segera memanggil sopir dan memintanya agar membantu membawakan semua barang yang dibawa pulang. Semuanya. Beliau juga berpesan agar sopir mengantarkan sampai depan rumah. Jangan hanya berhenti di tepi jalan.
Setelah peristiwa itu, semua tamu yang hadir malam itu sejenak melongo. Terbengong dengan ulah beliau. Tak berselang jeda yang lama, beliau baru katakan sebuah pesan yang amat mendalam, “Pengorbanan ibu tadi sungguh luar biasa. Ia rela datang ke sini dengan membawa seabreg kebingungan atas nasibnya. Ibu itu korban rob. Hidupnya pas-pasan. Dan tidak hanya ia saja yang mengalami nasib begitu. Ada banyak. Merekalah yang sesungguhnya berhak untuk kita bantu. Ngenes kalau lihat nasib bangsa ini. Sebab, masih banyak orang-orang yang seperti ibu itu.”
Sejenak kemudian, Habib Luthfi terdiam. Seketika itu pula, aku menyaksikan sebuah peristiwa yang membuatku keliru menafsirkan apa yang beliau lakukan. Ya, semula aku berprasangka buruk terhadap tindakan beliau yang mengeluarkan semua isi amplop itu dan meletakkannya di atas meja. Tetapi, prasangka buruk itu kemudian menjadi keliru ketika seluruh uang yang dikeluarkan dari lembar-lembar amplop itu diberikan kepada seorang ibu muda yang dalam kesusahan. Betapa dangkalnya nalarku ini. Oh! Rasanya malu dan teramat malu semalu-malunya.
Betapa tidak, beliau yang sudah memiliki nama besar pun tak segan untuk melayani orang-orang kecil. Bahkan bisa lebih mendahulukan mereka ketimbang tamu-tamu lain yang tampak lebih berkelas. Beliau juga tak sungkan-sungkan untuk mengingatkan siapapun yang hadir di situ, ada kiai, santri, dan orang-orang yang paham agama sekalipun tanpa kata-kata yang berbusa. Langsung melalui tindakan yang boleh dibilang tindakan itu seperti sebuah tamparan keras buat semua tetamu.
Ya, begitulah beliau. Semoga Abah Habib Luthfi Bin Yahya senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan lahir batin dan panjang umur. Amin.
Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Monday, February 18, 2019
KAROMAH HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Kisah habib luthfi saat berada di masjid baiturrahman pemalang
Alkisah
Ada sebuah sumur di masjid Baiturrahman, desa Kaso kec.Comal kab.Pemalang,namun air dari sumur ini mempunyai kwalitas yg kurang baik,walaupun lumayan jernih namun ada bau yg cukup menyengat,shngga tdk nyaman ketika dipakai utk berwudhu.
pada suatu hari Habib Maulana Luthfi Bin Yahya (Abah Luthfi) beliau mengambil air wudhu dimasjid itu (kejadian ini di sadur 7 th yang lalu)
namun belum selesai berwudhu beliau brkata pda jama'ah yg merupakan warga sekitar yg juga akan berwudhu:
"koh airnya bau ya", ungkap habib"
warga dan para jamaah pun sontak menjawab"
iya benar, walaupun sudah dikuras tetap saja bau airnya"
kemudian beliau mengambil satu biji batu krikil yg ada disekitar sumur digenggam beberapa saat
Setelah itu batu krikil dimasukkan kedalam sumur, dan alhamdulillah puji syukur kehadhirat Allah swt.melalui karamah beliau setelah kejadian itu air sumur dimasjid Baiturahman menjadi tidak berbau hingga sekarang,sehingga nyaman dipakai untuk sarana ibadah. Wallahu A'lam Bishawab
#alfatihah
Subscribe to:
Posts (Atom)
SHOLAWAT ADALAH JALAN PINTAS MENUJU MAKRIFATULLAH ...
SHOLAWAT ADALAH JALAN PINTAS MENUJU MAKRIFATULLAH ... Singkatnya gini: JALAN MENUJU ALLAH سبحا نه و تعالى ADALAH NABI MUHAMMAD ﷺ. DAN JALAN...
-
Pertemuan Al Habib Umar bin Hafidz dengan Rosululloh SAW | Al Habib Alwi bin Abdullah Alaydrus SHOLAWAT NUR YANG LANGSUNG DARI ROSULULLOH ...
-
Riwayat Singkat Simbah KH.CHUDLORI BIN H.ICHSAN BIN H.ABDUL CHALIM TEGALREJO. -1912 Lahir di Tegalrejo Magelang -1923. Mondok di ...