Seorang Guru Nan Arif Bijaksana Mengumpulkan Murid-Muridnya, Masing-Masing Di Beri Segelas Air Putih Dan Di Perintahkan Membacakan Sholawat Ke Air Putih Tersebut Seraya Berujar :
"Siapa Pun Yang Air Di Gelasnya Paling Wangi Dialah Yang Paling Tinggi Cintanya Kepada Nabi Muhammad SAW"
Maka Dari Sekian Banyak Gelas Hanya Satu Yang Paling Harum, Yaitu Milik Mbah Malik.
[ Al Habib M Lutfi Yahya Bersama Mbah Malik ].
Pertamakali Maulana al-Habib Luthfi bin Yahya berjumpa dengan Mbah Malik saat Habib Luthfi masih mondok di Kiai Bajuri Kndramayu. Kiai Bajuri adalah sosok yang sangat luas ilmunya, khususnya dalam bidang fiqih.
Setiapkali Kiai Bajuri menjawab permasalahan dalam ilmu fiqih, beliau menjelaskannya dengan empat madzhab sekaligus.
Dan hampir tidak terlihat perbedaan antar empat madzhab setiap kali beliau menjelaskan permasalahan, karena saking luasnya ilmu dan kepandaian beliau dalam menempatkan persoalan fiqih.
Begitu juga maqam (derajat) kewaliian Kiai Bajuri sangat tinggi. Beliau adalah termasuk wali autad, dalam dunia tasawuf wali autad hanya ada 4 dalam 1 abad.
Seminggu sebelum Kiai Bajuri wafat, kaki beliau tertusuk oleh paku hingga tembus ke atas. Dan beliau dawuh kepada Habib Luthfi : "Anu Yik (Habib), setiap orang dapat rizkinya berbeda-beda."
Sontak perkataan Kiai Bajuri itu membuat Habib Luthfi kaget :
"Orang tertusuk paku kok dibilang rizki?"
"Tapi tidak usah khawatir Yik, nanti ada guru yang lebih hebat dari saya. Beliau adalah guru saya, namanya Mbah Malik. Tapi jangan kaget ya Yik, beliau orangnya berambut gondrong," kata Kiai Bajuri.
Setelah wafatnya Kiai Bajuri, Habib Luthfi langsung menuju ke tempat Mbah Malik di Kedung Paruk, Purwokerto. Sesampainya di sana Habib Luthfi disambut oleh Mbah Malik. Dengan tersenyum Mbah Malik bertanya kepada Habib Luthfi, "Bagaimana Yik dengan Kiai Bajuri?"
Lagi-lagi Habib Luthfi dibuat kaget, dalam hati berkata, "Kedua orang ini kapan ketemunya, dan kapan ngobrolnya?"
Selama Habib Luthfi bin Yahya mondok di Kedung Paruk beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkhidmah kepada gurunya, Mbah Malik. Bahkan beliau bercerita ketika dulu sewaktu mondok di Kedung Paruk beliau tidak sempat mengkhatamkan kitab al-Ajurumiyah dan Safinah.
Akan tetapi ketika menjelang Mbah Malik wafat, Habib Luthfi-lah yang diamanati oleh Mbah Malik untuk meneruskan kemursyidannya.
(Sumber cerita: Ust. Syahudi/ نقشبندي ناظمي).
No comments:
Post a Comment